Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan kredit bank di awal tahun ini masih sulit terdongkrak lantaran kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang masih cukup tinggi.
Chief Economist PT Bank Danamon Indonesia Tbk Anton Hendranata mengatakan, per Desember 2017 rata-rata NPL perbankan memang sudah turun menjadi 2,6%. Namun, level tersebut masih tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun 2014 hanya 2,2%. Bahkan 2012-2013 bisa di bawah 2%," katanya kepada Bisnis, Selasa (20/2).
Hal tersebut ditambah dengan permintaan yang masih lemah karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang stagnan di angka 5%.
Anton pernah memaparkan bahwa pertumbuhan kredit bank di Indonesia terlalu bergantung pada konsumsi khususnya konsumsi rumah tangga.
Berdasarkan riset Danamon, kredit konsumsi tumbuh 10,3% hingga November 2017. Angka tersebut naik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 8,8%.
"Sejak tahun 60-an kita terlalu bergantung pada sektor konsumsi. Porsinya bisa sampai 55%," imbuhnya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan kredit 2017 tercatat hanya tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Meskipun demikian, angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 7,9% (yoy).
Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bank juga membaik. Pada akhir tahun lalu NPL bank turun menjadi 2,6% (gross) atau 1,2% (net).