Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk.(BCA) Jahja Setiaatmadja mengaku tak khawatir bila posisi sebagai bank berkapitalisasi terbesar kedua di Asia Tenggara disalip PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI).
Dia mengatakan, pihaknya tak pernah memasang target menjadi bank terbesar di Asean sekalipun posisinya saat ini nomor dua di bawah DBS Bank.
"Kami tidak pernah pasang target mau jadi nomor berapa. Kalau BRI mau jadi nomor satu ya tidak apa-apa," katanya dalam paparan kinerja perseroan di Jakarta, Kamis (8/3).
Menurutnya, Bank BCA memilih untuk fokus pada kinerja perseroan seperti menjaga performa saham, menjaga kualitas layanan dan strategi masa depan.
Namun, Jahja sekaligus mengingatkan bahwa Bank BCA pernah menjadi bank terbesar di Asean dari sisi kapitalisasi pasar. Momen tersebut terjadi pada Februari 2016.
Saat itu Bank BCA memiliki kapitalisasi pasar US$24,5 miliar sedangkan DBS sebesar US$23 miliar.
"Tapi seiring berjalannya waktu DBS kembali menjauh. Saat ini kami ada di posisi 42 atau 43 miliar dolar
Sebelumnya, Direktur Utama Bank BRI Suprajarto mengatakan, Bank BRI diproyeksikan bisa meraup laba sedikitnya Rp50 triliun dalam 4 tahun ke depan.
Pada waktu yang sama, kapitalisasi pasar Bank BRI diperkirakan sudah menyentuh angka US$60 miliar atau setara Rp825,49 triliun.
Jika semua rencana tersebut berjalan mulus, itu artinya bank pelat merah ini akan merebut tahta DBS Bank Singapura sekaligus menyalip PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) sebagai bank paling bernilai di Asia Tenggara.
Dikutip dari Bursa Efek Indonesia, per Maret 2018 kapitalisasi pasar Bank BRI tercatat sekitar Rp462,81 triliun. Suprajarto mengklaim mereka saat ini berada di posisi 4, di bawah DBS, Bank BCA dan Oversea-Chinese Banking Corporation (OCBC).