Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rizal Ramli: Kita Perlu Gubernur BI Pemberani

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Perekonomian Rizal Ramli, yang diundang dalam rapat dengar pendapat calon Gubernur dan Deputi Gubernur Bank Indonesia di Komisi XI DPR RI, menekankan perlunya Gubernur BI dan jajarannya senantiasa bersikap independen.
Bank Indonesia/Bisnis.com
Bank Indonesia/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Perekonomian Rizal Ramli, yang diundang dalam rapat dengar pendapat calon Gubernur dan Deputi Gubernur Bank Indonesia di Komisi XI DPR RI, menekankan perlunya Gubernur BI dan jajarannya senantiasa bersikap independen.

Dalam paparannya, dia berharap gubernur BI yang baru kelak lebih berani dalam memaparkan data kondisi riil perekonomian Indonesia. Sebab, menurutnya selama ini pemerintah kurang terbuka dalam memberikan informasi.

"Gubernur BI harus mampu cari solusi yang elegan. Punya opini yang lebih independen. Katakan yang benar kalau benar, salah kalau salah," katanya di Jakarta, Senin (26/3/2018).

Dia mencontohkan, dalam polemik utang luar negeri Indonesia, pemerintah salah dalam mencari perbandingan. Menurutnya, Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan Amerika Serikat ataupun Jepang karena negara tersebut punya fundamental ekonomi yang kokoh.

"AS bisa cetak dolar berapapun. Dijual di luar negeri orang pada beli. Nah Indonesia mana bisa," imbuhnya.

Contoh lain adalah saat dulu dirinya meramalkan akan terjadi krisis besar pada 1997-1998. Saat itu, kata dia, prediksinya dibantah oleh gubernur BI dan menteri keuangan termasuk para analis. Namun, kenyataannya krisis tetap terjadi. Hal itu karena data yang dipaparkan tidak menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.

Selain itu, dia meminta gubernur BI kelak punya kebijakan yang nyata untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadapp pembiayaan asing. Menurutnya, sebagian besar pembiayaan yang ada di pasar modal adalah milik investor luar negeri.

Hal itu membuat perekonomian Indonesia amat rentan terhadap gejolak eksternal. Gubernur BI harus mampu meyakinkan bank sentral negara maju untuk dapat pinjaman jangka panjang.

"Sehingga kalau itu dilakukan kerentanan bank dalam negeri lebih kecil," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Abdul Rahman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper