Bisnis.com, JAKARTA — Perbankan terus menjadi sumber dana andalan bagi para pengembang properti dalam membiayai kebutuhan pembangunan suatu proyek hunian.
Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) yang dilansir Bank Indonesia mencatat sepanjang kuartal I/2018 , komposisi pembiayaan yang digunakan oleh pengembang properti sebesar 31,87% berasal dari bank. Sumber terbesar lainnya tetap dari kocek internal 57,84%.
Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Budi Satria mengatakan, sikap bank dalam memperlakukan pengembang properti berbeda satu dengan yang lain. “Ini berdasarkan risiko yang diindentifikasi bank dan akan diwujudkan dalam persyaratan untuk memastikan kredit akan berjalan baik,” ucapnya kepada Bisnis, Senin (25/6/2018).
BTN mengaku memiliki metode penilaian untuk menentukan risiko dari suatu kredit kepada pengembang properti. Dengan mengkaji berbagai potensi risiko kredit yang ada, bank selanjutnya membuat syarat tertentu untuk memastikan kredit berjalan baik.
Budi mengimbuhkan, ukuran bahwa suatu penyaluran kredit kepada pengembang properti berjalan baik ialah debitur mampu menyelesaikan kewajibannya kepada bank. Intinya, tutur dia, perbedaan persyaratan kredit akan diterapkan sesuai dengan risiko yang dapat diidentifikasi.
“[Fokus utama dalam memitigasi risiko] itu ya pasti dari segi kelayakan proyeknya, legalitas lahan, dan proyeknya secara keseluruhan,” katanya.
Baca Juga
SSKI BI juga mencatat bahwa sepanjang per Maret tahun ini penyaluran kredit konstruksi perumahan tumbuh 10,65% (year on year) menjadi Rp47,97 miliar. Adapun, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan / NPL) di segmen ini tercatat 3,80%.