Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Perlu Cari Cara Dorong Pendapatan Non Bunga

Perbankan dinilai perlu mencari cara mendorong pendapatan non bunga karena saat ini, profitabilitas masih disokong oleh pendapatan bunga bersih.
Nasabah mengambil uang tunai di anjungan tunai mandiri, di Jakarta, Sabtu (10/6)./JIBI-Endang Muchtar
Nasabah mengambil uang tunai di anjungan tunai mandiri, di Jakarta, Sabtu (10/6)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Profitabilitas perbankan Indonesia masih disokong oleh pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII).

Menurut Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede, dengan semakin kompetitifnya pembiayaan sektor riil melalui pasar modal, perbankan perlu terus mencari cara untuk meningkatkan pendapatan operasional selain bunga (Non Funded Income/NFI).

Pada 2018, pendapatan bunga bersih perbankan tercatat tumbuh 5,3% secara year-on-year (yoy), sedikit meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang naik 4,5% yoy. Di sisi lain, pendapatan operasional selain bunga meningkat 12,8% yoy, membaik signifikan dari tahun sebelumnya yang turun 7,3% yoy.

”Namun, perbankan cenderung generate NFI dari keuntungan transaksi spot dan derivatif,” katanya kepada Bisnis, Senin (25/2/2019).

Selain itu, lanjut Josua, perbankan juga harus menjaga beban operasional tahun ini. Sepanjang 2018, rasio beban operasional terhadap pendapatan pendapatan operasional (BOPO) telah berhasil ditekan menjadi 77,86% dari 78,64% pada 2017.

Tahun lalu, industri perbankan membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 14,4% yoy.  Kinerja itu dicapai di tengah tren penurunan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) dari akhir 2017 yang sebesar 5,32% menjadi 5,14% pada akhir 2018.

Kendati tumbuh dua digit, apabila dibandingkan dengan pertumbuhan laba bersih 2017, kinerja tahun lalu bisa dibilang melambat. Pada 2017, industri perbankan menutup tahun dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 23,1% yoy.

Josua menambahkan kesempatan perbankan tahun ini terbilang baik dalam hal profitabilitas. Tingkat risiko kredit secara industri telah membaik dari 2017 yang sekitar 2,6% menjadi 2,37% pada pengujung 2018.

Hal itu pun diharapkan mampu mendorong pertumbuhan kredit pada kisaran 9%-11% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper