Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (Bank Woori Saudara/BWS) optimistis mampu menaikkan modal inti menjadi di atas Rp5 triliun pada awal tahun 2020 dan naik kelas secara organik.
I Made Mudiastra, Direktur Risiko, Kepatuhan dan Corporate Secretary Bank Woori Saudara, menuturkan bahwa perseroan tidak memiliki aksi korporasi penyuntikan modal pada tahun ini.
Namun dia tetap yakin target untuk naik kelas menjadi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III – dengan jumlah permodalan inti Rp5 triliun hingga Rp30 triliun – akan dapat terealisasi.
“Penambahan modal tidak ada dilakukan karena CAR [capital adequacy ratio] masih cukup tinggi [per Desember 2018 23,04 persen]. Target kami menjadi BUKU III pun paling telat 2020 sudah tercapai,” katanya saat ditemui usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di kantor pusat Bank Woori Saudara di Treasury Tower, Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Guna mewujudkan rencana tersebut perseroan akan memacu pembentukan laba bersih dengan membidik pertumbuhan sekitar 10 persen pada tahun 2019.
Adapun jumlah modal inti Bank Woori Saudara saat ini berkisar Rp4,6 triliun. Menurut Made jika perseroan tidak membagikan dividen dan menahan laba tahun buku 2018, maka seharusnya target BUKU III akan dapat tercapai pada akhir 2019.
“Kalau dipotong untuk dividen sekitar Rp100 miliar berarti tinggal Rp4,5 triliun dan kurang Rp500 miliar untuk jadi BUKU III, tapi dengan laba 10 persen tahun 2019 kan sekitar Rp600 miliar, jadi masih bisa terpenuhi targetnya secara organik,” ungkapnya.
Selain meningkatkan struktur permodalan, lanjut Made, perseroan juga akan ekspansif memacu penyaluran kredit dengan target tumbuh 10 persen, khususnya ke segmen andalan yakni korporasi dan ritel. Mulai tahun ini, Bank Woori Saudara menggarap segmen bisnis kredit pemilikan rumah (KPR).
Perseroan juga meningkatkan efisiensi dan daya saing lewat pengembangan digital banking dan internet banking. Made mencontohkan, salah satu arah pengembangan yang potensial dilakukan antara lain menggandeng perusahaan teknologi finansial seperti OVO.
“Tahun ini capex yang kami siapkan sekitar Rp140 miliar untuk semua, khusus untuk bidang IT sekitar Rp60 miliar,” papar Made.
Menurutnya, bisnis perseroan tidak akan banyak berbeda meski tahun depan akan naik ke kelas III. Bank yang dikendalikan Woori Bank asal Korea ini masih fokus menggarap segmen korporasi khususnya perusahaan besar asal Korea serta mulai masuk ke UKM dan korporasi lokal dan bisnis KPR.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Bank Woori Saudara Choi Jung Hoon menuturkan manajemen juga akan terus meningkatkan mitigasi risiko serta menambah jumlah nasabah.
Perseroan akan mengintensfikan layanan non-face-to-face untuk customer onboard di mana nasabah dapat membuka rekening tanpa perlu datang ke kantor cabang. Medio Februari lalu, Bank Woori Saudara meneken kesepakatan kerja sama dengan Dukcapil untuk pemanfaatan data kependudukan.
“Fokus kami berikutnya yakni memperkuat kemampuan risk management untuk menjaga kualitas kredit. Tahun lalu rasio kredit bermasalah [nonperforming loan/NPL] nett 1,08 persen, masih sangat positif dibandingkan dengan rata-rata industri. Tahun ini NPL akan dijaga di bawah 1 persen,” katanya.