Bisnis.com, JAKARTA – PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) menaretkan kinerja bisnis mampu bertumbuh dua digit dan di atas realisasi kinerja industri.
Direktur Operasi Ritel PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Sahata L Tobing menjelaskan pihaknya ingin membukukan kinerja yang lebih optimal pada tahun ini setelah pada tahun lalu juga mampu meningkatkan bisnis.
Untuk itu, anak usaha pelat merah di sektor asuransi kerugian ini akan berfokus pada peningkatan kualitas layanan.
Jasindo juga bakal mengembangkan teknologi dengan oritentasi pada costumer focus. “Target 2019 akan kami upayakan semakin baik. Target double digit dan di atas industri,” ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (7/4/2019).
Sahata menjelaskan secara umum pada tahun lalu kinerja Jasindo terbilang baik. Hal itu, jelasnya, ditunjukkan dengan peningkatan premi, hasil investasi dan peningkatan pencadangan.
Berdasarkan laporan keuangan yang sudah diaudit, Jumat (5/4/2019), Jasindo membukukan premi bruto senilai Rp5,62 triliun pada tahun lalu. Realisasi itu bertumbuh sekitar 4,68% dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Juga
Pada periode yang sama, hasil investasi Jasindo tercatat senilai Rp231,03 miliar. Hasil itu bertumbuh signifikan, yakni mencapai 46,60% dibandingkan hasil investasi Jasindo pada 2017 yang tercatat sebesar Rp157,59 miliar.
Kendati mencatatkan pertumbuhan beban usaha sebesar 15,14%, Jasindo pada tahun lalu masih mampu meraup laba bersih tahun berjalan senilai Rp201,09. Namun, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, realisasi itu menurun hingga 44,15% sebab pada 2017 laba bersih perseroan mencapai Rp360,07 miliar.
Adapun, aset perseroan mencapai Rp13,28 triliun pada tahun lalu atau bertumbuh 14,89% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dengan realisasi tersebut, Sahata mengatakan pihaknya kian optimistis untuk mengembangkan bisnis pada 2019.
“Secara umum kinerja Jasindo meningkat baik. Tentunya peningkatan kinerja akan membangun optimisme.”
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia atau AAUI mencatat premi bruto industri asuransi kerugian pada 2018 senilai Rp69,8 triliun. Realisasi itu bertumbuh 9,8% dibandingkan realisasi premi bruto industri pada 2017 yang mencapai Rp63,6 triliun.
Pada 2017, pertumbuhan premi bruto pun hanya mencapai 2,7% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun lalu, AAUI mencatat lini bisnis kendaraan dan harta benda masih menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan premi itu. Premi bruto asuransi kendaraan tercatat senilai Rp18,67 triliun, sedangkan asuransi harta benda mencapai Rp19,03 triliun.
Pada 2019, AAUI memperkirakan premi bruto industri minimal mampu bertumbuh di 10%.