Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Bukopin Tbk. akan melakukan penggalangan dana nonkonvensional untuk mempertebal likuiditas, dan mendukung ekspansi bisnis perseroan.
Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo mengatakan, penggalangan dana yang akan direalisasikan pada bulan ini, yakni sekuritisasi lewat instrumen efek beragun aset (EBA). Total nilai dana yang ditargetkan dalam emisi efek kali ini berkisar Rp1 triliun.
Adapun aset yang akan diagunkan oleh perseroan berupa tagihan milik Bank Bukopin seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit konsumer.
“Fund raising yang kami rencanakan ditargetkan terlaksana pada Juni ini. Kami sudah dapat rating AAA untuk EBA personal credit,” kata Eko saat ditemui di Jakarta, belum lama ini.
Selain itu, perseroan berencana menghimpun dana wholesale lainnya lewat instrumen surat utang atau obligasi pada semester II/2019.
Dalam kesempatan sebelumnya, Eko mengatakan, nilai penerbitan surat berharga dimaksud berkisar Rp1 triliun—Rp2 triliun. Akan tetapi, pihaknya masih menjajaki dengan memperhatikan perkembangan pasar modal serta perkembangan pertumbuhan kredit.
“Untuk obligasi itu, kami akan melihat bagaimana nanti perkembangan situasi pasar, saat ini masih dalam penjajakan,” ujarnya.
Dana nonkonvensional yang didapat tersebut diharapkan dapat menunjang ekspansi bisnis emiten berkode saham BBKP itu pada 2019 yang ditargetkan sekitar 8%—9%.
Adapun, pada 5 bulan pertama tahun ini ini, kata Eko, perkembangan penyaluran kredit perseroan masih belum terlalu signifikan dibandingkan dengan industri perbankan yang tumbuh hingga sekitar 11,55%.
“Sampai Juni kami targetkan aset tumbuh 5% secara ytd [year-to-date], sedangkan kredit sekitar 2%—3%. Secara tahunan atau yoy mungkin di bawah 10%. Keseluruhan sampai akhir tahun kami targetkan 8%—9%,” ungkapnya.
Penopang pertumbuhan bisnis dalam kuartal I dan II tahun ini masih didominasi oleh segmen konsumer dan usaha kecil.