Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) menilai kartu kredit khusus kelas atas memiliki potensi pengembangan yang baik mengingat nasabahnya memiliki kemampuan beli yang kuat.
Secara industri, sepanjang lima bulan pertama 2019 lalu nominal transaksi menggunakan kartu kredit terpantau naik 12,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp140,16 triliun dibanding Mei 2018 yang sebesar Rp126,06 triliun.
Di tengah sulitnya mendongkrak pertumbuhan bisnis kartu kredit belakangan ini, tak jarang perbankan pun meletakkan investasi yang lebih guna menjangkau tambahan transaksi dari para nasabah tajir.
Misalnya, BNI dengan produk BNI Visa Signature yang menyematkan teknologi contactless dan limit minimal Rp50 juta, serta Unit Usaha Syariah Bank CIMB Niaga dengan CIMB Niaga Syariah Platinum Card yang memiliki limit pembiayaan sampai Rp1 miliar.
Ketua Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Steve Martha mengatakan khusus untuk bisnis kartu kredit sebenarnya secara prinsip berlaku untuk semua segmen masyarakat sebagai alat bayar pengganti uang tunai.
Namun, yang membedakan kartu kredit pada setiap segmen adalah benefit yang di berikan setiap jenis kartu yang berbeda beda.
Baca Juga
Steve menyebut untuk segmen-segmen tertentu, misalnya pasar menengah bawah bisa mendapat kartu tanpa biaya bulanan dan dengan benefit yang basic.
Sementara untuk segmen atas bisa menggunakan kartu dengan pelayanan-pelayanan pribadi seperti butter, member ship, dan lainnya.
"Bahwa ada bank yang melihat segmen atas akan memberikan kontribusi yang signifikan untuk portofolionya tentu wajar jika kemudian mengeluarkan kartu khusus untuk segmen ini. Apalagi di tambah jika bank itu memang sudah memiliki komunitas segment ini yang akan mendapatkan previlege dengan menjadi pemegang kartunya," katanya kepada Bisnis akhir pekan lalu.
Steve mengemukakan secara prospek tentunya setiap segmen akan memberikan keuntungan sendiri-sendiri.
Namun secara umum, pemakaian kartu kredit untuk kelas atas tentunya di harapkan akan memberikan kontribusi transaksi yang lebih banyak mengingat kemampuan belanja yang lebih kuat.
Sehingga, menurut Steve memang penerbit akan melihat segmen ini sebagai segmen yang berpotensi.
Sayangnya, dia tak berani menyebut pergerakan pangsa pasar segmen itu saat ini mengingat ranah tersebut ada pada masing-masing bank penerbit.