Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Commonwealth perluas layanan digital melalui aplikasi SmartWealth untuk mendorong pertumbuhan bisnis dana kelolaan atau wealth management perseroan.
Head of Wealth Management & Client Growht PT Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan, perseroan akan menambahkan fitur baru pada aplikasi SmartWealth, di mana nasabah bisa melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) atau obligasi ritel melalui aplikasi tersebut.
"Dalam sebukan ke depan nasabah bisa melakukan transaksi SBN, transaksi reksa dana juga bisa dilakukan melalui aplikasi SmartWealth," katanya, baru-baru ini.
Selain itu, Ivan mengatakan, layanan wealth management yang sebelumnya hanya diperuntukkan nasabah premier perseroan akan diperluas untuk seluruh segmen nasabah melalui aplikasi SmartWealth.
"Saat peluncuran SmartWealth hanya utnuk nasabah premier, tapi sesuai dengan visi kami untuk mendemokratisasi wealth management, tidak hanya untuk nasabah kaya, bulan depan kami akan membuka aplikasi SmartWealth untuk seluruh nasabah," tuturnya.
Ivan menjelaskan, aplikasi SmartWealth masih menjadi satu-satunya aplikasi di Indonesia yang terintegrasi dengan wealth management. Layanan berbasis digital ini pun memiliki nilai tambah dengan adanya fitur robo advisory.
Baca Juga
Melalui fitur robo advisory, perseroan tidak hanya menyediakan produk, karena menurut Ivan, yang dibutuhkan nasabah selain produk adalah akses informasi, di mana nasabah bisa diberikan saran agar bisa mengoptimalisasi nilai portofolio yang dimiliki nasabah.
Ivan menuturkan, hampir 70% transaksi nasabah sudah dilakukan secara online. Oleh karena itu, menurutnya, model bisnis perseroan ke depan akan bergantung pada bantuan teknologi.
Adapun, hingga pertengahan tahun 2019, perseroan mencatat nasabah wealth management perseroan mengalami peningkatan sebesar 6% secara tahunan.
Diharapkan dengan diluncurkannya fitur baru, serta diperluasnya layanan SmartWealth untuk seluruh segmen nasabah bisa meningkatkan pertumbuhan jumlah nasabah hingga 2 digit pada akhir tahun 2019.
Sementara itu, dana kelolaan nasabah perseroan tercatat meningkat 6% secara tahunan (year on year/yoy). Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan 2 tahun terakhir, di mana dana kelolaan tercatat tumbuh sekitar 15%.
"Semua industri kalau tahun lalu saya rasa cenderung minus atau flat ya, karena dampak dari pengaruh global terutama trade war antara Amerika-Cina. Tapi, secara pendapatan kuartal II/2019 sudah menunjukkan peningkatan hampir 10% namun masih single digit," tuturnya.
Ivan menambahkan, bisnis wealth management berkontribusi cukup besar pada pendapatan komisi perseroan. Per Juni 2019, wealth management menyumbang sekitar 50%-60% pada pendapatan komisi, diharapkan bis meningkat hingga 70% hingga akhir tahun.
"Per Juli wealth management sudah menyumbang dua per tiga dari pendapatan fee. Dua produk unggulan penyumbang pendapatan fee yaitu dari reksa dana, bonds obligasi, serta yang terakhir dari bancassurance," tambahnya.