Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Perero) Tbk. akan gencar mendorong pertumbuhan kredit segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan memperluas segmen mikro melalui digitalisasi.
Wakil Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan, dalam memperluas penyaluran kredit pada segmen yang lebih kecil atau super mikro memiliki tantangan tersendiri, yang mana akan berdampak pada kenaikan overhead cost dan risiko operasional.
"Overhead cost mungkin naik dan risiko operasional akan meningkat, yang bisa mereduksi risiko ini adalah digital, jadi jika mau ke segmen yang lebih ke bawah lagi harus go digital. Go smaller, tapi juga harus go shorter," katanya, Senin (19/8/2019).
Adapun, persereoan menargetkan portofolio pinjaman ke segmen UMKM pada tahun 2022 sebesar 80 persen dari proporsi yang saat ini tercatat sebesar 76 persen.
Secara terpisah, Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo mengatakan peluang di segmen super mikro tersebut masih sangat besar. Plafon kredit yang diberikan maksimal sebesar Rp20 juta.
Lewat sistem digital, Haru menuturkan, layanan yang akan diberikan perseroan akan lebih cepat. Selain itu, khusus kredit segmen super mikro, tenor peminjaman akan diberlakukan secara fleksibel.
"Lebih fleksibel tenornya, tidak harus setahun, sebulan juga ada, sebenarnya potensi pertumbuhannya besar sekali," jelasnya.
Lebih lanjut, kata Haru, perseroan mengincar kapitalisasi pasar bisa meningkat hingga Rp700 triliun pada 2022. Saat ini, Bank BRI memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp528 triliun dan menjadikan perseroan sebagai bank terbesar nomor 3 di Asia Tenggara.
Seperti diketahui, penyaluran kredit BRI di segmen UMKM tumbuh 13 % secara tahunan menjadi Rp681,5 triliun pada paruh pertama tahun 2019.
Hingga Juli 2019, BRI telah memberikan pembiayaan kepada lebih dari 10,5 juta nasabah UMKM. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,1 juta pelaku UMKM sukses naik kelas. Sekitar 65 % dari jumlah tersebut didominasi oleh pelaku UMKM yang mengajukan pembiayaan mikro.