Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,00% pada awal 2020 diyakini mampu mengenjot pertumbuhan kredit hingga dua digit tahun ini.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyatakan keputusan menahan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,00% adalah strategi jangka menengah untuk memperkuat momentum pertumbuhan, sekaligus mempertahankan stabilitas yang sudah dicapai sepanjang 2019 lalu.
Dia mengapresiasi keputusan Bank Indonesia dengan stance suku bunga di sektor perbankan relatif stabil dan masih dalam akseptabilitas pelaku usaha.
“Akhirnya, fungsi intermediasi oleh perbankan diharapkan akan lebih kuat dibanding 2019 lalu sehingga loan growth dan Dana Pihak Ketiga (DPK) mampu tumbuh double digit di 2020 ini,” kata Ryan, Kamis (23/1/2020).
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 22-23 Januari 2020 juga memutuskan mempertahankan suku bunga Deposit Facility 4,25%, dan suku bunga Lending Facility 5,75%. Ryan menilai standar kebijakan moneter BI tetap dovish, akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi 2020 yang relatif rendah berkisar 3% atau dalam kisaran sasaran 2% sampai 4%.
“Bank Indonesia juga mempertimbangkan faktor stabilitas eksternal yang tetap terjaga baik, terlihat dari daya tahan stabilitas sistem keuangan; capital inflow masih cukup deras dan kurs rupiah yang menguat sejak awal tahun ini,” ungkapnya.
Ryan menilai BI pada tahun ini tampak lebih mengedepankan kebijakan non bunga dalam menjaga momentum pertumbuhan dan ketahanan eksternalnya. Misalnya, strategi operasi moneter yang taktis untuk menjaga kecukupan likuiditas perbankan dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.
Ryan juga mengapresiasi langkah BI terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif. Sehingga mampu menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal, serta turut mendukung momentum pertumbuhan ekonomi.
“Jadi arah tujuan trisula Bank Indonesia sudah makin nyata, yaitu inflasi terkendali, stabilitas eksternal dan menjaga momentum pertumbuhan atau growth over stability,” tutur Ryan.
Ryan menambahkan, penting pula bagi BI untuk terus berKoordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait yakni OJK dan LPS untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, turisme/pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA).
Oleh sebab itu, keputusan RDG BI dinilai tepat dan taktis dirilis saat terkuak ekspektasi pemulihan ekonomi dunia di 2020 yangg mulai terlihat di sejumlah kawasan atau negara, terkecuali AS, India, dan Cina yang sedang konsolidasi di tengah risiko geopolitik terutama di Middle East Region yang masih membayangi.
“Ditahannya BI Rate tetap di level 5% dinilai masih bisa diterima oleh pelaku pasar, perbankan, dan sektor riil sehingga ada pengungkit untuk kenaikan permintaan kredit produktif,” pungkasnya.
Perbaikan Ekonomi
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai kinerja ekspor berkat stabilitas nilai tukar dan kondisi ekonomi global diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Josua menjelaskan selain faktor stabilitas nilai tukar yang terjaga, kebijakan pemerintah yakni hilirisasi Sumber Daya Alam dan peningkatan produktivitas manufaktur juga akan mendorong produktivitas sektor manufaktur dan SDA sehingga dapat meningkatkan kinerja ekspor pada tahun ini.
“Sehingga keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan BI7RR di level 5% tepat dan konsisten dengan ekspektasi inflasi dan terjaganya stabilitas rupiah,” tuturnya, Kamis (23/1/2020).
Berdasarkan penilaian BI, siklus ekonomi Indonesia telah melewati titik terendah dan diperkirakan akan terus meningkat setelah tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan China yang memberikan optimisme terhadap perbaikan ekonomi global. Hal tersebut terindikasi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2020 yang direvisi ke atas oleh BI dari sebelumnya 3,1% menjadi 3,2%.
Selain itu, pertumbuhan konsumsi domestik dan pertumbuhan investasi infrastruktur yang solid mendorong perbaikan ekonomi domestik pada tahun ini.
“Meskipun BI mempertahankan suku bunga acuannya, stance kebijakan moneter BI diperkirakan tetap akomodatif, [dengan] mempertimbangkan kebijakan BI lainnya yang tetap akomodatif seperti kebijakan makroprudensial, pengelolaan likuiditas dan kebijakan operasi pasar terbuka,” terang Josua.
Dia menambahkan kombinasi pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia pada tahun lalu -- penurunan suku bunga kebijakan sebesar 100 bps; kebijakan fiskal yang bersifat counter cyclical; serta reformasi kebijakan struktural yang dilakukan pemerintah -- diperkirakan akan mendukung momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.
Secara umum, hasil RDG BI Januari 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,00%, serta suku bunga Deposit Facility sebesar 4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,75%.