Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dirkeu BTN Paparkan Alasan Rasio Kredit Bermasalah Naik

Pada akhir 2019 BTN mencatatkan rasio NPL gross sebesar 4,78 persen, naik dibandingkan dengan 2018 yang sebesar 2,81 persen.
Pengunjung mencari informasi mengenai Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Indonesia Properti Expo (Ipex) 2020 di Jakarta, Minggu (16/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pengunjung mencari informasi mengenai Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Indonesia Properti Expo (Ipex) 2020 di Jakarta, Minggu (16/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Rasio kredit bermasalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mengalami peningkatan pada akhir tahun lalu.

Per 31 Desember 2019, perseroan mencatatkan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross sebesar 4,78 persen, naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,81 persen.

Sementara itu, rasio NPL nett sebesar 2,96 persen, naik 113 basis poin dari 1,83 persen.

Direktur Keuangan BTN Nixon Napitupulu mengatakan kenaikan rasio NPL perseroan tersebut disebabkan oleh penurunan kolektibilitas kredit dan kebijakan BTN untuk tidak melakukan restrukturisasi ulang bagi debitur yang sudah dua kali diberikan keringanan.

"Untuk NPL pada akhir tahun banyak downgrade, paling banyak di [segmen] komersial, ada Rp3,5 triliun sepanjang 2019," ujarnya di Jakarta, Minggu (16/2/2020).

Penyebab penurunan kolektibilitas kredit itu dijelaskan Nixon karena pihaknya enggan melakukan kembali restrukturisasi ulang bagi debitur yang telah dua kali diberikan kesempatan ini. Menurutnya, kebijakan ini juga disebabkan karena perseroan melihat bisnis apartemen, hotel, dan office building masih berat.

Untuk sektor apartemen misalnya, dia menyebutkan prospek penjualan masih mengalami perlambatan, terlebih untuk apartemen mewah. Tidak hanya apartemen, pengembang rumah tapak di Kalimantan juga mengalami masa berat karena daya beli masyarakat turun akibat penurunan harga komoditas.

"[Debitur] sudah direstrukturisasi, kasih perpanjangan waktu satu sampai dua tahun masih berat juga, jadi downgrade saja. Dua sikap ini yang bikin NPL nett 2,9 persen, masih jauh dari ketentuan," jelasnya.

Adapun, untuk memperbaiki kualitas kredit, emiten dengan kode saham BBTN ini menyiapkan berbagai aksi strategis, yaitu perbaikan proses inisiasi kredit, memperkuat collection management system, hingga mempercepat penjualan aset NPL.

Bank BTN juga akan membentuk unit kerja baru untuk mempercepat penyelesaian kredit macet. Perseroan pun bakal memperbaiki proses bisnis restrukturisasi kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper