Bisnis.com, JAKARTA - "Kami belum dapat mencari tempat tinggal sendiri dari hasil kerja."
Begitu sepenggal curahan hati Hendra, seorang wirausahawan di Jambi. Dia berbagi kegalauan kepada saya dan teman-teman saat menikmati suasana malam sambil menyeruput teh talua.
Saat pulang kampung, biasanya menjadi momentum bagi kami untuk update kabar masing-masing. Namun, malam itu pembicaraan terlalu serius dan mengarah kepada kecemasan yang masih kesulitan untuk memiliki rumah sendiri.
Sebagian besar teman saya masih tinggal bersama orang tua, sehingga dapat mengulur waktu sampai menemukan papan yang cocok, baik harga dan tempat untuk ditinggali nanti.
Hendra menyebutkan tingginya uang muka serta bunga yang ditawarkan oleh bank menjadi kendala baginya. "Masih belum terlalu cocok dengan pendapatan dari usaha yang tidak tentu akhir-akhir ini," ucapnya.
Akan tetapi, Hendra juga mengakui kekurangannya dalam mengelola pendapatan juga menjadi aspek penting yang menjauhkan dirinya dari rumah impian. Pasalnya, nongkrong atau kumpul-kumpul bersama sahabat menjadi makanan sehari-hari yang bisa mengerek pengeluaran.
Baca Juga
Sementara itu, Fikri, teman saya yang lain, menimpali. Dia curhat mengenai kondisinya yang masih memikirkan untuk memenuhi kebutuhan pernikahan.
Maklum, adat pernikahan di daerah menuntut para generasi milenial untuk memberi mahar dan uang seserahan yang tak kecil nominalnya.
"Saya juga punya adik dan harus membantu orang tua untuk dapat menyekolahkan mereka," tambahnya.
Apa yang dialami oleh geng milenial terkait kesulitan dalam mendapatkan hunian ini merupakan sebuah fenomena gunung es. Jika diungkap lebih dalam, masih banyak lagi permasalahan struktural yang dianggap biasa saja.
Menjawab keresahan tersebut, pelaku industri perbankan tidak bergeming membiarkan tren kepemilikan rumah ini berjalan sendiri.
Banyak hal yang terus diupayakan untuk meningkatkan kepemilikan rumah masyarakat khususnya di generasi milenial.
Menengok data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), baki kredit rumah tinggal per November 2019 tercatat senilai Rp475,66 triliun, tumbuh 8,62 persen secara tahunan.
Meski masih tergolong tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan yang hanya 6 persen (year-on-year/yoy), tetapi kredit kepemilikan rumah ini melambat dari 2017 dan 2018 yang mampu tumbuh di atas 11 persen.
Jika melihat lebih dalam, pertumbuhan kepemilikan rumah tidak hanya menaikkan nilai produk domestik bruto industri properti, tetapi juga sekitar 100 industri lain yang terhubung, seperti semen dan furnitur.
Salah satu bank yang gencar dalam menyalurkan kredit kepemilikan rumah (KPR) adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Sebagai pemain utama dalam penyaluran kredit perumahan, perseroan meningkatkan daya saing, dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya kepada generasi milenial.
Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansyuri menjelaskan perseroan terus berupaya untuk meningkatkan daya saing dalam penyaluran kredit dengan menurunkan beban dana wholesale serta meningkatkan porsi dana murah.
Jika beban dana dapat diturunkan, maka permintaan debitur individu terhadap KPR dengan bunga yang lebih rendah akan terjawab.
"Rasio dana murah kami saat ini berada di 43 persen. Kami akan lakukan rebranding menjadi Bank Tabungan dan meningkatkan dana murah kami menjadi 45 persen," katanya belum lama ini.
Pahala menyebutkan perseroan baru saja meluncurkan program BTN Solusi yang dapat membuat nasabah payroll dapat lebih mudah dalam untuk mengajukan KPR.
Selain itu, perseroan juga memberi solusi KPR dengan tenor lebih panjang hingga 30 tahun, yang diharapkan dapat membuat cicilan menjadi lebih terjangkau.
Pahala melanjutkan generasi milenial juga tidak perlu terpaku dengan rumah yang baru. Pasalnya, BTN telah menyediakan portal yang berisi daftar agunan berupa perumahan yang sedang dilelang.
Bagi milenial yang cukup jeli, dapat membeli rumah dari situs rumahmurahbtn.co.id dan mendapatkan penawaran harga terbaik sesuai lokasi yang diinginkan.
"Dan semua proses nantinya akan dilakukan melalui aplikasi BTN properti, yang mampu menjawab kebutuhan proses yang mudah dan cepat. Semuanya terintegrasi dalam portal BTN Property dan Loan organization system."
Sebagai informasi, kredit dan pembiayaan Bank BTN per 2019 tercatat Rp255,82 triliun, naik 7,36 persen secara tahunan. Pada tahun ini, emiten berkode BBTN tersebut menargetkan kredit dan pembiayaan mampu tumbuh sampai 10 persen yoy.
Tentunya, besar harapan bagi para pelaku industri perbankan untuk terus meningkatkan daya saing dan inovasinya, sehingga dapat memenuhi tingkat kepemilikan rumah milenial.
Kalau milenial punya kesempatan mudah memiliki rumah idaman, tentu saat-saat nongkrong bersama teman tak dibayangi lagi oleh kegalauan.