Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan cadangan devisa saat ini lebih dari cukup untuk estimasi kebutuhan tujuh bulan ke depan. Per akhir Maret 2020, cadangan devisa nasional tercatat sebesar US$121 miliar.
Dalam rapat kerja virtual bersama Komisi XI DPR, Rabu (8/4/20200, Perry menuturkan, cadangan devisa sempat menurun US$9,4 miliar dari Februari lalu. Penurunan dikarenakan sebanyak US$2 miliar digunakan Bank Indonesia untuk membayar utang pemerintah yang jatuh tempo.
Di samping itu, kata Perry, sekitar US$7 miliar digunakan Bank Indonesia untuk memasok valuta asing di pasar, khususnya pada minggu kedua dan ketiga. Saat itu terjadi kepanikan pasar global sehingga investor asing melepas SBN dan obligasi dalam waktu yang berdekatan.
"Kami bisa pastikan jumlah cadangan sekarang US$121 miliar lebih dari cukup, bisa memenuhi sekitar tujuh bulan pembayaran impor, utang pemerintah, dan untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah."
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers melalui video streaming di Jakarta, Kamis (2/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Perry menambahkan, cadangan devisa tersebut juga didukung dengan capital inflow yang diyakini akan masuk ke Indonesia. Capital inflow diperkirakan masih akan votalil pada kuartal II dan III karena kondisi global tidak menentu.
Namun, dia optimistis, ketika COVID-19 mereda pada kuartal IV/2020, kecenderungan capital inflow akan meningkat, yang juga akan mendukung penguatan nilai tukar rupiah di waktu yang akan datang.
Selain itu, tutur Perry, jika diperlukan BI akan membuka peluang bilateral swap untuk memperkuat cadangan devisa sebagai second line of defense.
"Kami punya bilateral swap dengan [bank sentral] China US$30 miliar, Jepang US$22,7 miliar, Korsel US$10 miliar, dan Singapura US$7 miliar," jelas Perry.
Untuk mengetahui perkembangan ekonomi Indonesia terkini bisa disimak di sini : Video perkembangan ekonomi Indonesia per 7 April 2020.