Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah pandemi virus Corona (Covid-19), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. kian realistis dan akan melakukan revisi target pertumbuhan kredit.
Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN Nixon L. P. Napitupulu mengatakan perseroan khawatir akan dampak ekonomi yang lebih dalam terhadap debitur, yang akhirnya tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk mengangsur.
"Dalam kondisi seperti saat ini perseroan lebih memilih langkah untuk peningkatan efisiensi, memperkuat cadangan dan likuiditas agar tetap berjuang," tulis Nixon dalam siaran pers BTN, Minggu (12/4/2020).
Adapun, untuk kredit pemilikan rumah (KPR) non-subsidi dan komersial, perseroan merevisi pertumbuhan kredit menjadi kisaran 0 persen - 3 persen.
Kemudian, untuk KPR subsidi, perseroan memproyeksi pertumbuhan di segmen tersebut berada pada kisaran 6 persen - 8 persen bergantung pada periode berakhirnya Covid-19. Namun, BTN optimistis tetap bisa meraih laba sekitar Rp2 triliun.
Untuk menjaga likuiditas,menurut Nixon, perseroan juga secara hati-hati melakukan pembelian surat utang pemerintah. Upaya menjaga likuiditas tersebut dilakukan untuk memastikan cadangan dana tetap aman sekaligus meningkatkan fee based income melalui transaksi treasury.
Nixon mengungkapkan, untuk dana treasury, perseroan menganggarkan nilai yang cukup besar sekitar Rp20 triliun.
"Dana tersebut juga merupakan cadangan likuiditas perseroan. Kondisi normal biasanya kita anggarkan sekitar Rp13 Triliun dan saat ini likuiditas kita tingkatkan sekitar 30 persen," jelas Nixon.
Adapun, terkait kredit, Nixon mengungkapkan di beberapa daerah yang aman dari penyebaran Covid-19, sehingga penyaluran kredit masih tetap berjalan.
"Kami harapkan kondisi ini tidak akan lama sehingga ekonomi dapat kembali berjalan normal dengan layanan yang dapat kami berikan dan Bank BTN dapat kembali melanjutkan Program Sejuta Rumah bagi masyarakat Indonesia," kata Nixon.