Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Berpotensi Bangkit, Ini Reksa Dana yang Bisa Jadi Pilihan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bisa kembali ke level 6.000 dalam 18 bulan ke depan. Oleh karena itu, instrumen investasi dengan aset saham, termasuk produk reksa dana disarankan bagi investor yang ingin mengejar cuan dari kenaikan harga saham.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Commonwealth memperkirakan butuh waktu hingga 18 bulan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk kembali ke level sebelum pandemi, yaitu di atas 6.000. Oleh karena itu, produk reksa dana saham dinilai cocok bagi investor yang ingin mendulang cuan dari kenaikan aset saham.

Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya menjelaskan secara historis dibutuhkan waktu 11—18 bulan bagi IHSG untuk kembali ke level sebelum indeks terpuruk ke level terendah. Hal ini berkaca pada pengalaman IHSG pada 2008 saat terjadi krisis keuangan di seluruh dunia akibat skandal sekuritisasi kredit perumahan di AS.

Menurut Ivan, pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 akan lebih cepat ketimbang pemulihan pada krisis-krisis sebelumnya. Dirinya menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini jauh lebih baik ketimbang krisis pada 2008 dan 1998. Ivan pun merekomendasikan instrumen investasi seperti reksa dana saham bagi investor yang ingin menikmati cuan saat IHSG kembali ke level sebelum pandemi.

“Bagi masyarakat yang memiliki profil risiko agresif, porsi reksa dana saham disarankan sebesar 60 persen, reksa dana pendapatan tetap sebesar 25 persen, dan reksa dana pasar uang sebesar 15 persen,” jelasnya Ivan dalam acara BizInsight Online bersama Sucor AM dan Bank Commonwealth secara daring, Selasa (14/7/2020).

Sementara bagi investor yang memiliki profil risiko moderat yang tidak ingin melihat volatilitas berlebihan, porsi reksa dana saham bisa diatur sekitar 25 persen, reksa dana pendapatan tetap sebesar 40 persen, dan reksa dana pasar uang sebesar 35 persen.

Selain berinvestasi pada instrumen reksa dana saham, Ivan melihat investasi di instrumen Surat Utang Negara (SUN) juga cukup menarik. Pasalnya, potensi penurunan suku bunga sebanyak 1—2 kali lagi dari Bank Indonesia akan membawa angin segar bagi harga obligasi.

“Pemotongan suku bunga itu berbanding terbalik dengan peningkatan harga obligasi. Kalau suku bunga turun, obligasi naik,” tutur Ivan sambil menambahkan bahwa investor juga akan mendapat keuntungan dari kupon selain dari capital gain obligasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper