Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mencetak laba bersih senilai Rp768 miliar pada semester I/2020. Prifitabilitas tersebut masih tergolong baik lantaran kinerja kredit yang masih positif.
Direktur Utama Bank BTN Pahala Nugraha Mansury mengatakan di era New Normal perseroan terus memupuk pencadangan, likuiditas, sambil memacu bisnis dengan asas kehati-hatian di masa pandemi sesuai dengan 8 inisiatif perseroan.
Dengan strategi tersebut perseroan masih mampu menjaga percetakan laba dan melanjutkan bisnis dengan tren positif pada semester kedua tahun ini.
“Perolehan laba bersih pada semester I ini melebihi ekspektasi kami. Kami optimistis, hingga akhir tahun nanti target laba BTN masih on-track, sejalan dengan mulai adanya peningkatan permintaan kredit pada Juni 2020,” jelas Pahala di Jakarta, Minggu (2/8/2020).
Adapun, data keuangan emiten bersandi saham BBTN tersebut mencatat laba bersih perseroan ditopang pendapatan bunga bersih sebesar Rp4,43 triliun. Perseroan juga mencatatkan laba dari operasional di luar provisi sebesar Rp1,99 triliun.
Capaian pendapatan bunga bersih BBTN tersebut disumbang kenaikan pada penyaluran kredit dan pembiayaan sebesar 0,32 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp251,04 triliun pada semester I/2019 menjadi Rp251,83 triliun di periode yang sama tahun ini.
Baca Juga
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi Bank BTN terekam menjadi penyumbang pertumbuhan kredit BBTN secara keseluruhan. KPR Subsidi yang menempati porsi sebesar 45,11 persen dari total portofolio kredit di Bank BTN tersebut tumbuh positif di level 5,84 persen yoy.
Per semester I/2020, KPR Subsidi Bank BTN tercatat naik dari Rp107,34 triliun pada semester I/2019 menjadi Rp113,61 triliun.
Di segmen kredit perumahan, Bank BTN juga telah menyalurkan KPR Non-subsidi, kredit perumahan lainnya, dan kredit konstruksi masing-masing sebesar Rp79,87 triliun, Rp7,56 triliun, dan Rp27,87 triliun per semester I/2020.
Dengan penyaluran tersebut, total KPR di Bank BTN tumbuh sebesar 2,47 persen yoy dari Rp188,82 triliun menjadi Rp193,49 triliun per 30 Juni 2020. Kemudian, di segmen kredit non perumahan, perseroan menyalurkan kredit senilai Rp22,91 triliun per akhir Juni 2020.
Pahala melanjutkan perseroan pun tetap menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Per Juni 2020, BBTN mencatatkan penurunan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) net dari 2,42 persen per Juni 2019 menjadi 2,40 persen pada Juni 2020.
Perseroan juga tercatat menyiapkan rasio pencadangan yang cukup besar. Pada semester I/2020, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Bank BTN melonjak ke level 107,90 persen. Posisi tersebut melesat jauh dari 37,87 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Menurut Pahala, pemupukan pencadangan tersebut pun merupakan inisiatif perseroan dalam rangka menjaga kualitas pertumbuhan bisnis di tengah pandemi.
Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank BTN pun terpantau naik 2,99 persen yoy dari Rp219,76 triliun pada Juni 2019 menjadi Rp226,32 triliun di bulan yang sama tahun ini. Pertumbuhan tersebut disumbang peningkatan perolehan giro sebesar 13 persen yoy dari Rp52,88 triliun pada menjadi Rp59,75 triliun di kuartal II/2020.
Dengan peningkatan giro tersebut, Bank BTN mencatatkan kenaikan dana murah (Current Account Savings Account/CASA) sebesar 3,75 persen yoy dari Rp92,83 triliun menjadi Rp96,32 triliun per semester I/2020.
Kinerja positif pada kredit dan DPK tersebut juga turut mengerek naik aset BBTN sebesar 0,68 persen yoy menjadi sebesar Rp314,60 triliun.
“Kami juga berupaya terus memperbaiki proses bisnis sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan positif yang berkelanjutan,” jelas Pahala.
Di sisi lain, Pahala menambahkan perseroan juga terus memupuk likuiditas. Menurut Pahala, Liquidity Coverage Ratio (LCR) perseroan naik ke level 132,22 persen pada semester I/2020 dari 105,50 persen di periode yang sama tahun sebelumnya. Permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) BBTN pun kian menguat untuk menopang laju bisnis dari level 16,99 persen menjadi 19,10 persen per semester I/2020.
Dengan likuiditas yang sangat kuat ini, perseroan optimis akan dapat melalui masa pandemi dengan baik. Apalagi, profil restrukturisasi yang harus dilakukan perseroan pun diproyeksi turun drastis hingga akhir 2020. “Di luar ekspektasi, restrukturisasi terus menunjukkan penurunan. Sehingga kami proyeksikan tren penurunan restrukturisasi tersebut akan berlanjut hingga akhir 2020”, tegas Pahala.
Sementara itu, UUS Bank BTN hingga paruh pertama tahun ini, mencetak laba bersih senilai Rp100,33 miliar. Perolehan laba bersih tersebut ditopang pertumbuhan pembiayaan syariah sebesar 3,07 persen yoy menjadi Rp23,88 triliun pada semester I/2020.
BTN Syariah juga mencatatkan perolehan DPK senilai Rp20,80 triliun per semester I/2020. Dengan capaian tersebut, aset UUS Bank BTN naik 6,56 persen yoy dari Rp29,18 triliun pada 30 Juni 2019 menjadi Rp31,09 triliun di bulan yang sama tahun ini.