Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Direktur PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance) Hafid Hadeli menjelaskan bahwa menjaga kualitas piutang nasabah menjadi langkah prioritas di era masa transisi selepas pandemi Covid-19.
Pasalnya, lesunya daya beli masyarakat dan penerapan pembatasan sosial di mana sebagian besar aktivitas ekonomi berhenti, telah berdampak besar pada lini bisnis utama perusahaan dengan kode emiten ADMF ini, yaitu pembiayaan otomotif baru dan bekas.
"Apalagi, konsumen kami itu kebanyakan ada di sektor informal yang terdampak sekali dengan pandemi. Tapi perusahaan terus berupaya melayani kebutuhan konsumen dan mitra dengan tetap menyalurkan pembiayaan baru secara selektif yang disesuaikan pada kondisi pasar saat ini," ujarnya ketika memaparkan kinerja semester I/2020 secara virtual, Selasa (4/8/2020).
Penurunan permintaan kredit yang diiringi langkah hati-hati Adira Finance tercermin dari total realisasi pembiayaan baru yang hanya mencapai Rp10,1 triliun sepanjang semester I/2020, turun 47 persen (year-on-year/yoy) dari Rp19,1 triliun di semester I/2019.
Pembiayaan baru ini didominasi pembiayaan segmen roda dua Rp4,7 triliun. Turun drastis dari pencapaian semester I/2019 sebesar Rp9,9 triliun.
Segmen roda dua masih didominasi pembiayaan sepeda motor baru Rp3,8 triliun. Honda masih berkontribusi terbesar dengan komposisi sepeda motor baru sebesar 65 persen dari total pembiayaan sepeda motor baru, dikuti oleh Yamaha 29 persen dan Kawasaki 4 persen.
Sementara untuk roda empat totalnya Rp3,6 triliun, tercatat anjlok dari realisasi tahun lalu sebesar Rp8,07 triliun. Pembiayaan masih didominasi mobil baru sebesar Rp2,2 triliun yang terbagi rata di segmen mobil baru komersial dan segmen mobil baru penumpang karena sama-sama mencatatkan nilai Rp1,1 triliun.
Adapun, segmen nonotomotif justru tercatat naik dari Rp1,1 triliun pada semester I/2019 menjadi Rp1,8 triliun hingga pertengahan 2020.
Hafid menjelaskan bahwa menjaga kualitas piutang salah satu caranya, yaitu dengan masih membuka kanal restrukturisasi bagi konsumen ADMF yang benar-benar membutuhkan.
"Hingga 30 Juni 2020, restrukturisasi telah terealisasi Rp 17,4 triliun dengan jumlah konsumen mencapai 745.000 kontrak. Kebanyakan dalam bentuk penundaan pembayaran cicilan," tambahnya.
Restrukturisasi juga merupakan upaya menjaga kualitas kredit dalam jangka pendek. Hasilnya, per 30 Juni 2020, nonperforming financing (NPF) perseroan masih berada pada level 3,1 persen.
Rasio NPF ini walaupun tercatat naik dan terbilang tinggi, namun masih di bawah rata-rata tingkat kredit macet multifinance berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni 5,1 persen.
Selain restrukturisasi, demi menjaga kualitas kredit secara keseluruhan, Hafid menjelaskan bahwa pihaknya akan gencar memberikan apresiasi berupa promo atau Adira Poin, bagi nasabah yang tak mengajukan restrukturisasi namun masih bisa menjaga kualitas kreditnya.