Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biaya Provisi Bengkak, DBS dan UOB Catat Penurunan Profit

DBS membukukan penurunan pendapatan sebesar 22 persen dari tahun sebelumnya, sementara UOB mencatat penurunan pendapatan hingga 40 persen akibat tekanan di sisi pendapatan dari kredit.
Nasabah tengah antre ATM DBS Bank/Bloomberg.com
Nasabah tengah antre ATM DBS Bank/Bloomberg.com

Bisnis.com, JAKARTA - DBS Group Holdings Ltd. dan United Overseas Bank Ltd. membukukan penurunan profit dalam dua kuartal berturut-turut setelah kedua bank besar tersebut harus menyisihkan biaya provisi untuk menutupi kerugian di sisi pinjaman komersial akibat pandemi yang memicu resesi ini.

DBS membukukan penurunan pendapatan sebesar 22 persen dari tahun sebelumnya, sementara UOB mencatat penurunan pendapatan hingga 40 persen akibat tekanan di sisi pendapatan dari kredit.

Dikutip dari Bloomberg, CEO kedua bank Singapura tersebut memberikan sinyal bahwa perbankannya dapat menghadapi badai ekonomi, sekaligus menjaga biaya kredit.

Seperti halnya perbankan global lainnya, Singapura tengah bersiap menghadapi gelombang kredit macet seiring dengan krisis pandemi Covid-19 yang menghantam sektor usaha dan rumah tangga.

Meskipun stimulus pemerintah telah diulurkan untuk membantu sektor usaha, bank sentral Singapura akan berupaya untuk memaksa perbankan menahan pembagian dividennya pada tahun ini. Hal ini dimaksudkan untuk mendongkrak permodalan bank.

DBS, bank terbesar di Asia Tenggara, mencatatkan pendapatan bersih sebesar S$1,25 miliar atau US$913 juta, melampaui proyeksi analis sebesar S$1,19 miliar.

Penurunan ini dipicu oleh biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan. Laba UOB susut menjadi S$703 juta, jauh lebih rendah dari proyeksi awal S$784 juta.

"Hasil ini sejalan dengan ekspektasi terutama terkait biaya provisi yang bisa dibaca positif di tengah penurunan harga saham," kata Analis Perbankan Sanford C. Bernstein di Singapura Kevin Kwek.

Dia sebenarnya melihat ada sisi positif bagi keduanya, termasuk pemangkasan biaya-biaya untuk menutupi penurunan marjin pendapatan.

DBS menjaga total pengeluaran sebesar S$3 miliar hingga S$5 miliar dalam dua tahun mendatang.

CEO DBS Piyus Gupta mengungkapkan sebanyak S$1,9 miliar dari dana tersebut telah dipakai selama enam bulan pertama. Gupta menegaskan DBS sendiri memiliki pencadangan sebesar S$3,8 miliar, lebih tinggi 24 persen dapat syarat minimum yang ditetapkan oleh Monetary Authority of Singapore.

UOB sendiri memiliki kajian struktur biaya yang masih berjalan. Sementara itu, biaya kredit UOB mungkin akan tetap sama dengan kuartal kedua dengan lebih banyak cadangan sebagai bantalan mengantisipasi pelemahan kualitas aset.

CEO UOB Wee Ee Cheong mengatakan UOB juga memangkas biaya operasional seperti yang dijalankan rivalnya. Pemangkasan tersebut sekitar 8 persen dari tahun lalu.

Penurunan suku bunga menimbulkan konsekuensi bagi kedua bank besar di Singapura tersebut. Pasalnya, profit dari kredit menyusut.

Kedua bank mencatat penurunan marjin pendapatan lebih dari 20 basis poin dalam tiga bulan terakhir. Pendapatan bunga bersih UOB menurun 12 persen dari tahun lalu, sedangkan DBS mencatat penurunan hingga 5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper