Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memperkirakan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih akan berlanjut hingga akhir 2020.
Namun, pada Rawat Dewan Gubernur BI pada Oktober ini diperkirakan suku bunga acuan akan ditahan di level 4 persen karena ketidakpastian global masih tinggi.
"Kami masih mempertahankan perkiraan suku bunga BI akhir tahun sebesar 3,50 persen. Menurut kami penurunan suku bunga tidak akan dilakukan dalam pertemuan moneter bulan ini pada 12-13 Oktober," katanya, Kamis (8/10/2020).
Satria mengatakan, masih dibutuhkan sikap hati-hati atas perkembangan kondisi eksternal saat ini. Di sisi eksternal, masih ada ketidakpastian stimulus di Amerika Serikat dan munculnya klaster Covid-19 di Gedung Putih. Padalah, pemilihan Presiden AS semakin dekat.
Hal ini menurut Satria akan memicu ketidakpastian di pasar keuangan dan nilai tukar di negara-negara berkembang.
Namun, di sisi lain terjadi pemulihan di sisi eksternal, terutama China, yang bisa mendorong prospek ekspor ke depan. Pemerintah China pun dinilai akan mendorong impor dan konsumsi domestiknya.
Baca Juga
"Ini seharusnya menguntungkan eksportir Indonesia seperti batu bara, nikel, minyak sawit, dan baja, mengingat status China sebagai konsumen terbesar komoditas Indonesia," jelasnya.
Sebelumnya, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksi Bank Indonesia masih memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga acuan pada tahun ini hingga tahun depan.
Menurutnya, kebijakan suku bunga yang rendah akan mempercepat pemulihan ekonomi karena memberikan peluang pertumbuhan di tengah era inflasi yang rendah.
"Suku bunga acuan BI akan masih rendah hingga satu hingga dua tahun ke depan," katanya.
Adapun, Rapat Dewan Gubernur BI pada 16-17 September 2020 lalu memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4 persen.
Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, di tengah inflasi yang diprakirakan tetap rendah.