Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja fungsi intermediasi perbankan pada sisa tahun ini sangat diharapkan.
Prospek ekonomi akhir tahun perlu diakui tampak cemerlang, tetapi tantangan dari rendahnya kualitas kredit serta tingginya tingkat kehati-hatian bank masih menjadi tantangan.
Berdasarkan data Bank Indonesia, penyaluran kredit per September 2020 nyaris stagnan, yakni naik 0,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Kredit itu bank terus melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya Agustus yang tumbuh sebesar 1,04 persen.
Jika mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka baki kredit bank umum per akhir kuartal ketiga tahun ini menjadi Rp5.530,82 triliun.
Artinya, untuk menjaga pertumbuhannya tetap 0 persen dengan baki Rp5.616,99, yang merupakan capaian pada akhir tahun lalu, maka bank masih perlu menyalurkan kredit sekitar Rp86 triliun.
Adapun jika berharap pertumbuhan 4 persen seperti prediksi otoritas pengawas, maka baki akhir tahun harus mencapai Rp5.841,67 triliun atau penambahan lebih dari Rp310 triliun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada konferensi pers secara daring pada Selasa (13/10/2020) memaparkan permintaan dan kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit menjadi faktor utama perlambatan kredit tahun ini.
Namun, dia pun masih berharap kinerja akan lebih baik pada 3 bulan terakhir seiring dengan belanja pemerintah yang kuat sekaligus bauran kebijakan yang mendorongnya.
"Ke depan, sinergi pemerintah dan BI itu diperkuat. Pemerintah akan mepercepat relasisasi belanja, dan BI akan membantunya dari sisi likuditas. Ini akan mempercepat permintaan kredit," katanya.
Dia menyampaikan efek positif dari relaskasi kredit dan subsidi bunga untuk korporsi dan UMKM akan lebih kuat pada akhir tahun ini.
Lagi pula, kondisi likuidtas perbankan saat ini tergolong cukup kuat dan mampu mengakomodasi permintaan kredit yang tinggi pada akhir tahun.