Bisnis.com, JAKARTA - Berbagai stimulus kebijakan dari Bank Indonesia (BI) dilakukan untuk pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya adalah pelonggaran moneter atau quantitative easing.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa injeksi liquiditas ke perbankan dikucurkan sudah cukup besar. Hingga awal November lalu, angkanya mencapai Rp672,4 triliun.
“Angka ini 4 persen dari PDB [produk domestik bruto] baik melalui ekspansi moneter sebesar Rp501,6 triliun dan penurunan giro wajib minimum (GMW) Rp155 triliun,” katanya saat rapat kerja dengan DPR, Kamis (12/11/2020).
Perry menjelaskan bahwa pelonggaran moneter terdiri atas periode Januari-April sebesar Rp419,9 triliun. Yang dilakukan Bank Sentral saat itu adalah melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder Rp166,2 triliun,
Lalu term repo perbankan sebesar Rp160 triliun. Ketiga forex swap Rp40,8 triliun. Terakhir penurunan pada Januari dan April Rp53 triliun.
Kemudian terjadi tambahan pada Mei-November sebesar Rp252,5 triliun. BI tambah Perri melakukan penurunan GMW Rp102 triliun.
Baca Juga
“Stimulus diberikan dengan tidak mewajibkan tambahan giro bagi yang tidak memenuhi RIM [rasio intermediasi mikroprudensial], Rp15,8 triliun. Lalu term repo perbankan dan forex swap Rp134,7 triliun,” jelasnya.