Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Jabar Banten Syariah tengah menanti suntikan modal dari pemegang saham pengendali yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk., guna memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp1 triliun di akhir tahun ini.
Per 30 September 2020, BJB Syariah memiliki modal inti Rp702,41 miliar. Dengan begitu, perseroan masih perlu tambahan dana sekitar Rp300 miliar agar memenuhi ketentuan POJK.
Direktur Utama BJB Syariah Indra Falatehan mengatakan induk usaha telah berkomitmen untuk menambah modal agar BJB Syariah dapat memiliki modal inti Rp1 triliun sampai dengan akhir tahun ini.
"Iya [dapat tambahan modal Rp300 miliar] untuk mencapai modal Rp1 triliun sesuai POJK," katanya, Kamis (19/11/2020).
Indra mengatakan suntikan modal akan dilakukan akhir tahun ini. Hal itu sesuai dengan tenggat yang diatur dalam POJK 12/2020.
Kewajiban modal inti minimum tertuang pada POJK 12/2020 tentang konsolidasi bank umum. Regulasi itu sebagai bagian dari upaya penguatan struktur dan daya saing industri perbankan.
Baca Juga
Adapun, pemenuhan modal inti minimum paling dilakukan secara bertahap yakni Rp1 triliun paling lambat 31 Desember 2020, Rp2 triliun paling lambat 31 Desember 2021, dan Rp3 triliun paling lambat 31 Desember 2022. "Akhir tahun ini agar sesuai POJK," imbuhnya.
Sebelumnya, sejumlah BPD telah mengumumkan naik kelas BUKU II. Di antaranya, PT Bank Lampung yang mengumumkan telah tercatat sebagai bank BUKU 2 sesuai surat Otoritas Jasa Keuangan Nomor:S-708/KO.074/2020 tanggal 4 November 2020 terhitung mulai tanggal 4 November 2020.
Berdasarkan laporan keuangan Bank Lampung per September 2020, modal inti bank sebesar Rp1,04 triliun. "Terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung atas dukungan sehingga Bank Lampung telah tercatat sebagai Bank BUKU 2," tulis perseroan dalam unggahan instagram resminya, Kamis (5/11/2020).
Setali tiga uang, PT Bank Sulteng berhasil meningkatkan modal menjadi Rp1,031 triliun per 31 Oktober 2020. Pada bulan sebelumnya, modal inti perseroan tercatat sebesar Rp956,60 miliar.
Direktur Utama Bank Sulteng Rahmat Abdul Haris menyampaikan Bank Sulteng telah memenuhi kriteria untuk naik kelas BUKU 2. Bank telah memiliki modal inti Rp1,031 triliun per 31 Oktober 2020.
Penambahan modal ini berasal dari organik laba yang diperoleh perseroan. Selanjutnya, perseroan akan terus memperkuat modal sampai dengan akhir tahun ini melalui penambahan modal dari pemegang saham.
"Tanggal 31 Oktober 2020 modal inti kami sudah Rp1,013 triliun dan terus akan meningkat sampai dengan Desember 2020," katanya.