Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UMKM Mulai Bangkit, Pendana P2P Lending Tak Perlu Ragu

Para lender tak perlu khawatir atas kemungkinan gagal bayar, karena UMKM telah bangkit.
Perajin menyelesaikan pembuatan kerajinan mini figur tokoh berbahan resin dan fiberglas, di Jajar, Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (28/2/2019)./ANTARA-Mohammad Ayudha
Perajin menyelesaikan pembuatan kerajinan mini figur tokoh berbahan resin dan fiberglas, di Jajar, Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (28/2/2019)./ANTARA-Mohammad Ayudha

Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah dan transaksi pendana (lender) di platform teknologi finansial peer-to-peer (P2P) lending yang terus naik secara signifikan di era pandemi merupakan gambaran bahwa industri pendanaan gotong royong makin dipercaya.

Sekadar informasi, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jumlah lender tumbuh 20,8 persen (year-on-year) ke 698.401 entitas. Terbagi atas lender dari Jawa 569.982 entitas, luar Jawa 124.518 entitas, dan dari luar negeri 3.901 entitas.

Bernard Arifin, Chief of Operating Officer PT Lunaria Annua Teknologi atau KoinWorks memastikan bahwa para lender tak perlu khawatir atas kemungkinan gagal bayar, karena UMKM telah bangkit.

"Kami melihat kenaikan cukup signifikan untuk beberapa industri. Misalnya, healthcare ada kenaikan 64 persen, bahkan di sektor yang turun pun ada sub-segmen mereka yang naik 200 persen seperti fashion, dan food & beverage. Jadi, ada yang naik dan turun, tapi bagi yang punya pasar digital pasti ada kenaikan," jelasnya, Kamis (3/12/2020).

Bernard menjelaskan bahwa dari sisi platform, tak terkecuali KoinWorks sendiri, terus berupaya memberikan rekomendasi UMKM yang bisa didanai lender secara tepat guna, sesuai kapasitas mereka.

Inilah kenapa Leonard Theosabrata, Direktur Utama Smesco, menekankan bahwa platform pendanaan bersama merupakan salah satu kunci untuk mampu memberikan pendanaan awal untuk UMKM.

Hal ini karena fintech peer-to-peer lending bisa memberikan alternatif penilaian credit scoring, bagi 99 persen UMKM kebanyakan tidak dapat memenuhi credit scoring untuk mengakses finansial konvensional.

"Mungkin sebagai investor itu kami bisa lihat mana UMKM yang berpotensi. Tapi pemerintah dan perbankan kan tidak bisa seperti itu. Kacamata yang digunakan berbeda. Makanya jangka panjang kami mengupayakan ada data credit scoring bagi mereka," jelasnya.

Dalam hal ini, Smesco ingin berperan ikut menjamin kredibilitas UMKM, agar yang unbankable itu bisa memperoleh permodalan, dan setelah berkembang mampu menjadi bankable.

"UMKM naik kelas secara digital itu maksudnya apa? Ya jejak digitalnya kami perhatikan. Apakah dia punya untuk menambah kredibilitas mereka. Inilah yang kami terus usahakan dari berbagai macam source, mulai dari data penjualan, kontrak kerja, atau dari reputasi, dan lain sebagainya," tambahnya.

Adapun, Bandoe Widiarto, Direktur Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia menekankan bahwa fintech merupakan salah satu industri yang bakal terus diajak kolaborasi.

Misalnya, UMKM digital bisa dinilai transaksinya lewat QRIS. Selain itu, fintech lending juga bisa menjadi pelengkap kredit modal kerja perbankan, atau bahkan bekerja sama dengan mereka.

"Dari sisi supply kami mendorong perbankan menyalurkan kredit 20 persen kepada UMKM, yang bisa dilakukan secara kerja sama dengan pihak lain. Ini perlu terus ditingkatkan karena belum semua bank itu mampu memenuhi hal ini," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper