Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,75 persen meski masih memiliki ruang penurunan lebih lanjut.
Ekonom Bank BNI Mucharom mengatakan keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan sebelumnya masih belum efektif dalam mendorong permintaan, khususnya kredit perbankan.
Masih rendahnya permintaan kredit juga sejalan dengan para pengusaha yang masih hati-hati dalam melakukan ekspansi bisnis, sambil menanti kepastian vaksinasi sebagai game changer pemulihan ekonomi.
"Ada peluang untuk menurunkan tingkat suku bunga BI7DRRR [BI 7-day reverse repo rate]. Namun demikian, BI diyakini akan tetap mempertahankan BI7DRRR," katanya kepada Bisnis, Rabu (16/12/2020).
Pertimbangan lainnya, kata Mucharom, tingkat inflasi pada Desember 2020 ini diprediksi akan terjadi peningkatan sesuai dengan siklus tahunan, yang didorong oleh libur Natal dan tahun baru.
Senada, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada RDG bulan ini setelah memutuskan untuk memangkas suku bunga pada RDG November lalu.
Baca Juga
"Kebijakan suku bunga acuan BI yang tetap di level 3,75 persen diperkirakan masih konsisten untuk menjaga stabilitas rupiah serta menjangkar ekspektasi inflasi dalam jangka pendek," katanya.
Menurut Josua, kebijakan BI dalam mempertahankan suku bunga acuan pada bulan ini mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi yang diperkirakan akan kembali meningkat pada 2021.
Dari sisi rupiah, jelasnya, volatilitas rupiah cenderung menurun sejak awal Desember 2020, ditopang oleh sentimen risiko yang cenderung membaik setelah perkembangan vaksin di berbagai negara, termasuk pemerintah Indonesia yang berkomitmen untuk mendorong proses vaksinasi pada semester I/2021.
Sementara itu, ekspektasi inflasi pada 2021 diperkirakan akan cenderung meningkat sejalan dengan ekspektasi pemulihan sisi permintaan perekonomian, yang akan mendorong peningkatan inflasi 2021 di atas 2 persen.