Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi umum berpotensi mencatatkan kinerja positif pada 2021 setelah berhasil meminimalisir dampak pandemi Covid-19 sepanjang 2020. Banyaknya lini bisnis membuat dinamika industri sangat beragam tahun ini.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe menjelaskan bahwa bangkitnya aktivitas perekonomian akan turut memengaruhi kinerja industri asuransi pada tahun ini. Dunia usaha dan masyarakat akan kembali berbelanja proteksi.
Optimisme AAUI bukan hanya berlandaskan kondisi ekonomi yang membaik, tetapi juga karena 'melesetnya' proyeksi kinerja industri pada 2020. Pada tahun lalu diperkirakan akan terjadi koreksi kinerja berkisar 15 persen–25 persen, tetapi realisasinya jauh lebih baik.
AAUI mencatat bahwa pada 2020 perolehan premi industri mencapai Rp76,8 triliun, atau koreksi yang terjadi sebesar 3,6 persen (year-on-year/yoy) dari tahun sebelumnya dengan premi Rp79,8 triliun. Capaian itu pun membuat AAUI optimistis kinerja asuransi umum tahun ini akan moncer.
"Tahun lalu AAUI mencoba membuat proyeksi pesimistis double digit, ternyata kinerja pemerintah [menjaga perekonomian] bagus, ternyata [proyeksi AAUI] tidak terjadi. Kalau dibandingkan dengan 2020, pada 2021 ini kami optimistis," ujar Dody kepada Bisnis, Rabu (3/3/2021).
Meskipun secara keseluruhan kinerja industri berpotensi tumbuh, Dody menilai bahwa terdapat dinamika tersendiri dari empat belas lini bisnis asuransi umum. Terdapat lini bisnis yang akan tumbuh, terdapat yang diperkirakan stagnan, hingga ada yang diyakini masih rawan terkoreksi.
AAUI menilai bahwa kontributor industri asuransi umum tidak akan mengalami perubahan, yakni masih berasal dari asuransi properti dan kendaraan bermotor. Pada 2020, kedua lini tersebut mencakup 46,4 persen dari total premi industri.
Asuransi properti dinilai akan tumbuh meski belum begitu signifikan, berkaca dari capaian kinerja 2020 yang menurut Dody relatif stagnan. Pada tahun lalu, lini bisnis itu membukukan premi Rp21,03 triliun atau tumbuh 0,8 persen (yoy) dari tahun sebelumnya Rp20,8 triliiun.
"Permintaan asuransi properti masih akan tetap sama, tidak menurun. Dan data akhir 2020 menunjukkan kondisi stagnan, kami memprediksi pada 2021 akan kembali tumbuh seiring dengan peningkatan kegiatan perekonomian kembali," ujar Dody.
Adapun, asuransi kendaraan bermotor berpotensi mengalami perbaikan kinerja dari 2020 yang pertumbuhannya minus dua digit. Namun, belum dapat diperkirakan apakah pada tahun ini premi lini kendaraan bermotor mampu menjadi positif atau koreksinya mengecil.
"Kebijakan pemerintah yang memberikan stimulus fiskal untuk pembelian kendaraan bermotor akan dapat meningkatkan premi asuransi kendaraan bermotor sejak Maret 2021," ujarnya.
Terdapat dua lini bisnis yang mengalami pertumbuhan cukup kentara di masa pandemi Covid-19, yaitu asuransi kredit dan asuransi kesehatan. Pertumbuhan kedua lini ini cukup menahan koreksi dari sejumlah lini bisnis lainnya.
Menurut Dody, pertumbuhan premi asuransi kredit pada 2020 memang sangat tinggi, tetapi hanya berasal dari dua atau tiga perusahaan. Kondisinya berpotensi berlanjut pada tahun ini, tetapi konsekuensi pertumbuhan asuransi kredit perlu diantisipasi dengan cermat.
"Konsekuensinya memang kelihatan di pertumbuhan klaim," ujar Dody.
Asuransi kesehatan tumbuh cukup signifikan pada 2020, dengan perolehan premi Rp7,98 triliun 20,9 persen (yoy) dari tahun sebelumnya senilai Rp6,6 triliun. Menurut Dody, pertumbuhan itu terjadi karena kebutuhan masyarakat atas proteksi di tengah kondisi pandemi Covid-19, sehingga masih berpotensi berlanjut.
"Sejauh ini kinerja asuransi kesehatan menunjukkan kinerja relatif bagus karena pertumbuhan klaim relatif tidak besar. Bisa jadi karena orang menjaga diri supaya tidak sakit dan dirawat selama pandemi Covid-19 ini," ujarnya.