Bisnis.com, JAKARTA - PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) mendapat kado hari jadinya ke-11 dengan menerima putaran pendanaan baru senilai US$28 juta atau setara dengan Rp405 miliar.
Pendanaan ini dipimpin oleh Women’s World Banking Capital Partners II (WWB) bersama dengan MDI Ventures, serta didukung oleh investor lama Amartha yang melakukan follow on funding dari pendanaan sebelumnya, yaitu Mandiri Capital Indonesia dan UOB Venture Management.
Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra menjelaskan bahwa pendanaan baru ini akan memperkuat bisnis Amartha yang berbasis
group lending, serta mempercepat inovasi produk dengan meluncurkan layanan tambahan bagi peminjam (borrower) dan pendana (lender).
"Lewat pendanaan ini, kami ingin lebih dari sekadar lending biasa. Kita ingin memperluas pengaruh kita kepada para borrower, sekaligus mengakomodasi diversifikasi portofolio para lender," jelasnya dalam diskusi bersama media di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (3/4/2021).
Beberapa di antaranya, yaitu digitalisasi desa, belanja borongan, pinjaman warung, dan crowdfunding. Serta produk pendanaan baru dan penyaluran pendanaan ke peminjam individual secara langsung. Bahkan, pihaknya berencana menambah lagi beberapa lini bisnis baru, seperti asuransi dan layanan credit scoring.
Sekadar informasi, Amartha sebelumnya merupakan lembaga pembiayaan mikro, yang kini bertransformasi menjadi teknologi finansial peer to peer (fintech P2P) lending yang berizin Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca Juga
Amartha memfokuskan diri memberdayakan borrower perempuan pengusaha ultra mikro di daerah pedesaan dengan memberikan pinjaman modal usaha berbasis kelompok, mulai dari Rp3 juta hingga Rp10 juta yang disertai dengan pendidikan literasi keuangan dan pelatihan kewirausahaan.
Dengan sistem penilaian yang dikembangkan secara khusus oleh internal Amartha untuk menilai kelayakan kredit dari segmen masyarakat yang tidak terlayani oleh perbankan, Amartha memastikan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan permodalan usaha, bahkan tanpa riwayat kredit atau jejak transaksi digital sebelumnya.
Amartha membuka peluang baru bagi populasi perempuan yang tidak terlayani sebelumnya untuk dapat memberikan tambahan penghasilan keluarga dari rumah dan di saat mereka harus mengurus anak.
Amartha telah mengembangkan solusi teknologi keuangan untuk 3 segmen pengguna yang berbeda. Pertama, Amartha untuk Pendana, memberikan layanan penyaluran pendanaan melalui platform P2P lending. Kedua, Amartha untuk Mitra, yang memberikan layanan keuangan lebih dari sekedar penyaluran permodalan.
Ketiga, Amartha untuk Business Partner, sebutan untuk tim Amartha di lapangan yang berinteraksi langsung dengan para peminjam, memberikan layanan untuk memproses pinjaman modal usaha secara menyeluruh dari pengajuan, pengambilan data, penyaluran hingga pengembalian dana.
Adapun, WWB Capital Partners II adalah dana investasi lensa gender kedua yang didirikan oleh Women’s World Banking, sebuah organisasi nirlaba global yang telah menangani inklusi keuangan wanita selama 40 tahun terakhir.
Investasi ini berupaya untuk menutup kesenjangan gender dalam inklusi keuangan dengan berinvestasi pada penyedia layanan keuangan dengan
kinerja terbaik untuk melayani segmen perempuan berpenghasilan rendah, memperluas keragaman gender dalam staf dan tim manajemen mereka, dan memanfaatkan solusi inovatif untuk meningkatkan jangkauan dan keterlibatan masyarakat.
Yrenilsa Lopez, perwakilan dari Women World’s Banking, menegaskan bangga dapat bermitra dengan Amartha karena terus mengembangkan bisnisnya di pedesaan Indonesia. "WWB berdedikasi untuk menutup kesenjangan gender dalam layanan keuangan digital dan kami sangat senang bekerja sama dengan Amartha dalam perjalanan penting ini," jelasnya.
MDI Venture turut berpartisipasi mendukung pendanaan ini dengan bersinergi bersama portfolio lain untuk mendukung upaya digitalisasi dan inklusi finansial di wilayah yang tidak terlayani perbankan di pedesaan.
CEO MDI Ventures, Donald Wihardja, menambahkan MDI melihat adanya potensi yang menjanjikan untuk meningkatkan inklusivitas keuangan.
"Dengan mengimplementasikan model pembiayaan Grameen Bank yang terbukti sukses, Amartha telah membuktikan bahwa pembiayaan terjangkau bagi masyarakat pedesaan dapat dicapai dengan risiko minimum meskipun dalam kondisi pandemi. MDI harap dengan pendanaan ini, Amartha dapat melanjutkan transformasi bisnisnya untuk melayani masyarakat piramida bawah di Indonesia," jelasnya.
Melalui investasi ini, Amartha akan membuka peluang bersinergi dengan Telkom Group untuk mendigitalisasi dan meningkatkan inklusi keuangan di pedesaan Indonesia.
Direktur Utama PT Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro yang menjelaskan bahwa bersinergi bersama Amartha telah membuka peluang industri jasa keuangan konvensional memperluas dampak sosial.
"Sebelum kita menjadi investor, Bank Mandiri sendiri pernah ikut menyalurkan akses kredit ke pedesaan lewat Amartha dan terbukti berhasil. Harapannya, lanjutan kolaborasi ini bisa memberikan keuntungan buat kedua pihak, karena jujur saja Bank Mandiri sendiri memang butuh mitra buat menjangkau mereka yang berada di pedesaan dan unbankable," ungkapnya.
Selama pandemi, Amartha terus berkembang dan menjadi lebih kuat. Total saldo pinjaman dan penyaluran modal usaha telah melampaui level sebelum adanya pandemi Covid-19, ini menjadi tanda tonggak pemulihan yang mencapai 100 persen
Amartha meningkatkan kualitas skor kredit dan berhasil mempertahankan tingkat kredit bermasalah (NPL) di 0,07 persen untuk semua pendanaan setelah Juni 2020. Selain itu, Amartha juga memperkuat kerja sama dengan beberapa mitra institusi keuangan baru, salah satunya adalah Bank Jatim. Sejak kemitraan dimulai, dukungan telah tumbuh secara eksponensial dan juga meluas ke bisnis lain.
Ke depan, Amartha menyatakan akan terbuka untuk kolaborasi dengan pihak manapun yang ingin mewujudkan kesejahteraan merata melalui pemberdayaan perempuan. Hingga saat ini, Amartha telah menyalurkan lebih dari Rp3,55 triliun pinjaman kepada lebih dari 661.369 perempuan pengusaha ultra mikro di lebih dari 18.900 desa di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.