Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) menargetkan laba yang tumbuh positif pada 2020 dapat berlanjut pada 2021.
Bank yang resmi dicaplok Grup Salim pada Januari 2020 itu, membukukan laba sebesar Rp19,38 miliar pada 2020. Perolehan tersebut melonjak dari laba 2019 sebesar Rp7,12 miliar.
Kinerja laba yang positif pada tahun lalu berlanjut pada awal tahun ini. Bank Ina mencetak laba Rp13,18 miliar pada kuartal I/2021. Laba tersebut meningkat dari laba periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,18 miliar.
Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu berharap laba mampu tumbuh dua digit pada tahun ini, seiring dengan pertumbuhan bisnis. Demikian pula, kredit ditargetkan tumbuh dua digit atau sama dengan tahun lalu.
Bank Ina mencatat kredit yang diberikan per 31 Desember 2020 sebesar Rp2,93 triliun. Jika dibandingkan dengan angka kredit posisi Desember 2019 sebesar Rp2,52 triliun, maka kredit tahun lalu tumbuh 16,27 persen.
Daniel menambahkan rasio dana murah (CASA) juga akan tetap dijaga seperti tahun lalu, dengan meningkatkan porsi tabungan. Rasio CASA pada 2020 sebesar 38,47 persen, meningkat dari rasio pada 2019 sebesar 12,01 persen.
"Untuk tahun ini, kami tetap targetkan kredit tumbuh dua digit dan CASA ratio tetap seperti tahun lalu, hanya kami akan meningkatkan ratio tabungannya. Sedangkan laba, kami harap bisa tumbuh double digit seiring dengan pertumbuhan bisnis," katanya, Senin (3/5/2021).
Perseroan menyiapkan strategi agar dapat mencapai kinerja sesuai dengan target yang dipasang. Salah satunya, kredit didorong tumbuh dua digit dengan mengoptimalkan penyaluran kredit ke grup usaha.
"Untuk mengejar target itu, kami sedang siapkan pemberian kredit untuk supply chain ke ekosistem grup," katanya.
Sebelumnya, Daniel pada Maret kemarin menyampaikan sektor yang akan menjadi pendorong kredit di antaranya sektor perdagangan, distribusi, logistik, kemasan flexibel, dan lainnya.
"Tahun ini kami menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 20 persen, didorong sektor perdagangan distribusi, logistic, flexible packaging, dan lain-lain," katanya, Selasa (23/3/2021).
Permintaan kredit pada Maret kemarin dirasakan sudah mulai menggeliat, khususnya di consumer product. Mulai banyaknya permintaan kredit sehubungan dengan menyambut Hari Raya Idulfitri. Momentum itu juga mendorong permintaan kredit dari sektor industri kemasan flexible.
Di samping itu, perseroan juga mulai menggarap pembiayaan terhadap supplier maupun distribusi dari Grup Salim. Namun, jumlah pembiayaan untuk grup usaha itu belum terlalu besar. Pembiayaan untuk grup usaha hanya sekitar 30 persen terhadap total pembiayaan.