Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi perbankan untuk mengakselerasi transformasi digital karena perubahan gaya hidup dan perilaku masyarakat di era new normal yang lebih akrab dengan dunia digital.
Tak terkecuali bagi perbankan syariah yang dituntut untuk ikut mengembangkan layanan digital secara optimal guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan stakeholder.
Ketua Komite Non-Regulator Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Herwin Bustaman mengatakan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah BUKU 4 dan 3 saat ini sudah hampir semuanya memiliki layanan digital. Namun, untuk BUS dan UUS BUKU 2 masih sedikit yang telah memiliki layanan digital.
"Salah satu kendala yang kerap dihadapi perbankan syariah ketika hendak mengembangkan layanan digital ialah terkait investasi terutama untuk membangun infrastruktur," katanya, Selasa (25/5/2021).
Selain itu, kendala lain yang dihadapi adalah terkait sumber daya manusia handal yang masih memiliki keterbatasan mengenai digital banking.
Pasalnya, perbankan syariah memiliki sedikit perbedaan dibandingkan dengan bank konvensional sehingga membutuhkan beberapa kompetensi khusus disampingkan pemahaman mengenai perbankan secara umum, baik secara akidah maupun muamalah, terlebih jika dikaitkan dengan penerapan digitalisasi untuk perbankan syariah.
Baca Juga
“Sejak pandemi ini telah tejadi perubahan drastis dari perilaku nasabah yang lebih senang melakukan transaksi secara digital sehingga menjadi peluang baru tetapi masih ada tantangan yang dihadapi bank syariah terutama terkait investasi dan SDM,” tuturnya.
Untuk itulah dia menyarankan agar BUS dan UUS BUKU 2 dapat mempertimbangkan melakukan sinergi bersama layanan digital yang sudah ada atau membentuk satu platform yang bisa digunakan secara bersama-sama, sedangkan untuk BUS dan UUS BUKU 4 dan yang memiliki modal kuat bisa membangun layanan digitalnya sendiri.
Setelah membangun dan memiliki kekuatan digital, maka perbankan harus memiliki target market mana yang akan disasar. Dengan demikian maka BUS dan UUS dapat menghadirkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar serta mudah diakses melalui platfrorm layanan digital yang mudah dan cepat.
Menurutnya, dalam pengembangan layanan digital dari perbankan syariah, generasi milenial tetap menjadi segmen nasabah utama yang dapat disasar. Namun di samping itu, banyak peluang yang juga dapat digarap misalnya menjalin kerjasama dengan perusahaan fintech syariah, social funding syariah, Bank Perkreditan Rakyat Syariah dan lain sebagainya.
“Misalnya dengan menawarkan Rekening Dana Nasabah (RDN) untuk fintech yang menawarkan produk reksa dana atau saham dan Rekening Dana Lender (RDL) untuk peer to peer landing,” tuturnya.