Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berkat Otomotif, Pembiayaan Konsumtif Multifinance Naik pada April 2021

Kenaikan outstanding total sebenarnya telah dirasakan industri sejak Maret 2021. Namun, baru di awal kuartal II/2021 ini porsi piutang di objek-objek pembiayaan sektor konsumtif tumbuh secara bulanan.
Satgas COVID-19 memberikan imbauan penerapan protokol kesehatan kepada pengunjung pada IIMS Hybrid 2021 di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/4/2021). (Antara Foto/Hafidz Mubarak A)
Satgas COVID-19 memberikan imbauan penerapan protokol kesehatan kepada pengunjung pada IIMS Hybrid 2021 di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/4/2021). (Antara Foto/Hafidz Mubarak A)

Bisnis.com, JAKARTA - Industri pembiayaan (multifinance) kembali meneruskan momentum perbaikan nilai aset piutang pembiayaan secara bulanan, yang kali ini disumbang kredit kendaraan bermotor.

Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai piutang pembiayaan bersih dari 171 multifinance anggota industri mencapai Rp364,71 triliun, naik 0,27 persen (month-to-month/mtm).

Sementara nilai outstanding kotor atau piutang pembiayaan sebelum dikurangi pencadangan, mencapai Rp389,58 triliun per April 2021, atau naik 0,27 persen (mtm) ketimbang Rp388,5 triliun di Maret 2021.

Kenaikan outstanding total sebenarnya telah dirasakan industri sejak Maret 2021 yang terdorong oleh kenaikan piutang pembiayaan investasi dan modal kerja.

Namun, baru di awal kuartal II/2021 ini porsi piutang di objek-objek pembiayaan sektor konsumtif tumbuh secara bulanan, setelah sebelumnya terus menurun sejak awal pandemi Covid-19.

Tepatnya dari Rp256,97 triliun pada Maret 2021 menjadi Rp261,5 triliun pada April 2021. Sebagai gambaran, sektor penyumbang piutang terbesar buat industri leasing ini mulai terjun bebas tiap bulannya sejak April 2020 yang masih menyentuh Rp309,23 triliun.

Pertumbuhan ini ditopang mulai pulihnya objek pembiayaan terbesar di sektor konsumtif, yaitu kredit kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat.

Nilai piutang bulanan untuk kredit roda dua atau sepeda motor untuk pertama kalinya naik sejak Juni 2020, terkini mencapai Rp63,98 triliun. Capaian ini naik tipis 0,86 persen (mtm) secara bulanan, namun masih terkoreksi 20,53 persen (year-on-year/yoy) secara tahunan.

Adapun, sepeda motor bekas sebesar Rp18,08 triliun melanjutkan tren kenaikan nilai piutang sejak awal Desember 2020. Bahkan, objek ini menyumbang kenaikan signifikan dari bulan sebelumnya sebesar 7,64 persen (mtm), kendati masih terkoreksi secara tahunan 22,18 persen (yoy).

Segmen piutang kendaraan roda empat baru yang menyumbang nilai portofolio terbesar buat industri, akhirnya mulai tampak tumbuh 0,42 persen (mtm) menjadi Rp109,64 triliun.

Pertumbuhan tipis ini cenderung berarti, sebab piutang di segmen ini terus anjlok sejak April 2020 dan mencatatkan koreksi hingga 16,39 persen (yoy).

Selain itu, kenaikan ini membuktikan keberhasilan pengaruh kebijakan subsidi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk beberapa jenis mobil baru yang berlaku sejak Maret 2021.

Adapun, piutang mobil bekas di industri leasing cenderung bertahan di Rp56,4 triliun, naik 0,78 persen (mtm) dan masih terkoreksi 3,9 persen (yoy). Membuktikan penurunan harga beberapa jenis mobil yang terdampak PPnBM tak banyak mempengaruhi minat masyarakat mengajukan kredit mobil bekas secara keseluruhan.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno sebelumnya sempat memproyeksi bahwa outstanding di beberapa lini pembiayaan memang baru akan mulai tampak pada kuartal II/2021.

Terutama dari sektor otomotif, karena pada awal masa pemberlakuan PPNBM, support dari perusahaan pembiayaan terhadap penjualan kendaraan belum bisa maksimal akibat keterbatasan barang di dealer dan produsen.

Selain itu, pertumbuhan juga terdongkrak meredanya dampak pandemi, serta pulihnya daya beli masyarakat jelang periode Ramadhan 1442 H dan Lebaran 2021. Di mana momen ini kerap menjadi penyumbang pembiayaan baru (booking) terbesar selama satu tahun periode.

"Beda dengan Ramadhan tahun lalu yang benar-benar pas pandemi Covid-19 baru mulai, kemudian ada pembatasan sosial di sana-sini, tahun ini jelas lebih baik. Tapi harus tetap diperhatikan daya beli masyarakat dan kemampuan mereka dalam membayar cicilan," ungkapnya kepada Bisnis.

Terbukti, pada periode April 2021 ini outstanding dari objek pembiayaan konsumsi nonotomotif pun ikut tumbuh. Outstanding dari alat rumah tangga nonelektronik tumbuh 25,14 persen (mtm) menjadi Rp1,05 triliun, barang elektronik tumbuh 30,78 persen (mtm) menjadi Rp4,77 triliun, dan barang konsumsi lain-lain tumbuh 12,1 persen (mtm) menjadi Rp4,7 triliun.

Apabila pertumbuhan di semua lini andalan penyaluran kredit multifinance ini terus berjalan, APPI optimistis aset piutang pembiayaan bersih mampu mengalami perbaikan hingga 5 persen (yoy) dari tutup buku 2020 sebesar Rp369,75 triliun, atau sekitar lebih dari Rp388 triliun pada akhir Desember 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper