Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asabri Tak Lagi Aktif Transaksi Saham, Ini Portofolionya yang Masih Tersisa

Direktur Utama Asabri Wahyu Suparyono menjelaskan bahwa secara kumulatif, terjadi penurunan nilai wajar investasi hingga Rp19,4 triliun dalam saham-saham Asabri per 31 Desember 2019.
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau Asabri menyatakan sudah tidak aktif melakukan transaksi saham sejak bergulirnya penyidikan kasus dugaan korupsi di tubuh perseroan. Direksi menyatakan saham-saham yang ada terus dicermati pergerakannya dan akan dijual begitu nilainya melebihi harga perolehan.

Direktur Utama Asabri Wahyu Suparyono menjelaskan bahwa secara kumulatif, terjadi penurunan nilai wajar investasi hingga Rp19,4 triliun dalam saham-saham Asabri per 31 Desember 2019. Dia menyatakan penurunan itu akibat adanya portofolio saham dan reksa dana di perusahaan-perusahaan afiliasi atau milik Benny Tjokro dan Heru Hidayat.

Berdasarkan dokumen Asabri yang diperoleh Bisnis, terdapat 17 saham dan tiga reksa dana yang dimiliki Asabri per 31 Desember 2019. Portofolio yang ada mencatatkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata harga perolehannya.

Buruknya portofolio itu, disertai berjalannya penyelidikan kasus dugaan korupsi di tubuh perseroan, membuat Asabri tidak lagi aktif melakukan transaksi atau investasi saham. Perseroan hanya menggenggam portofolio yang ada sembari menunggu kinerjanya pulih.

"Semenjak kasus [dugaan korupsi], sementara kami tidak berinvestasi saham. Kami hanya aktif berinvestasi di instrumen low risk, seperti surat berharga negara [SBN]," ujar Wahyu dalam rapat dengar pendapat Komisi VI DPR, Rabu (9/6/2021).

Dia menyatakan bahwa kebijakan investasi di instrumen berisiko rendah itu untuk mencegah terjadinya kerugian lebih besar dan mengoptimalkan pendapatan. Adapun, portofolio saham yang ada akan dijual begitu kinerjanya melebihi harga perolehan.

"Saya tugaskan Direktur Investasi untuk pantengin, misalnya yang [saham] 50 kalau ada naik sedikit jual. Lumayan kan [kalau dengan strategi itu] untung Rp15 miliar," ujar Wahyu.

Berdasarkan data Asabri, separuh dari portofolio sahamnya telah disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun, portofolio lainnya masih mencatatkan nilai yang lebih rendah dari harga perolehan.

Setidaknya terdapat dua saham yang nilainya sempat melebihi harga perolehan Asabri, yakni PT Indofarma Tbk. (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk. (KAEF). Asabri mencatatkan rata-rata harga perolehan 3.031 di saham INAF, emiten tersebut mencatatkan harga yang lebih tinggi dalam kurun Desember 2020–Januari 2021, dengan catatan harga tertinggi pada 15 Januari 2021 senilai 5.650.

Lalu, rata-rata harga perolehan Asabri di KAEF adalah 3.660. Emiten itu pun mencatatkan harga yang lebih tinggi dalam kurun Desember 2020–Januari 2021, seperti halnya INAF yang terdorong sentimen vaksinasi Covid-19. Dalam rentang waktu itu, KAEF mencatatkanharga tertinggi pada 15 Januari 2021 senilai 5.650.

Berikut daftar saham Asabri berdasarkan dokumen portofolio per 31 Desember 2019 dan kondisi harganya saat ini:

No.EmitenLembar sahamRata-rata harga perolehanHarga pembukaan 10 Juni 2021
1FIRE± 287 juta5.837486
2IIKP± 3,9 M334   suspended
3PCAR± 293 juta2.992   260
4POLA± 94 juta1.847suspended
5POOL± 336 juta3.238suspended
6SMRU± 757 juta439    suspended
7TRAM± 2,5 M173    suspended
8ARMY± 138 juta288    suspended
9ASJT± 13 juta780222
10BALI± 38 juta1.695615
11BCIP± 18 juta75366
12BTEK± 716 juta13250
13HOME± 122 juta98    suspended
14MYRX± 4,7 M102    suspended
15INAF± 44 juta3.0312.170
16KAEF± 40 juta3.6602.240
17NIKL± 63 juta3.6871.160
Sumber: Asabri
Catatan: jumlah lembar saham dan rata-rata harga perolehan dapat berubah jika terdapat penjualan dalam kurun 2020–2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper