Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) membukukan laba sebesar Rp14,5 triliun pada semester I/2021. Laba tersebut tumbuh 18,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan laba yang meningkat tersebut karena ada koreksi pada tahun lalu.
Dia menjelaskan Covid-19 belum memberikan dampak pada kinerja kuartal I/2020, sehingga profitabilitas perseroan pada periode tersebut tercatat masih relatif baik.
Namun, pandemi mulai berdampak pada periode April dan Mei. Ketika perusahaan belum siap menghadapai pandemi, sehingga bisnis drop pada kuartal II/ dan berdampak pada kinerja laba perseroan.
Meski pandemi menganggu ekonomi, perusahaan tentu tidak berdiam diri dan mencari usaha dari segi bisnis. BCA melakukan inovasi melalui virtualisasi dan digitalisasi payment atau sistem pembayaran. Hasilnya bisnis membaik pada kuartal III dan IV tahun lalu dan berlanjut pada kuartal I/2021.
"Ini profitability meningkat karena ada koreksi tahun lalu dan ke depan kami harus menyiapkan [diri] untuk satu tantangan yang cukup berat [pembatasan mobilitas masyarakat] untuk bisnis kita," katanya.
Dari sisi pendapatan, BBCA mencatatkan pertumbuhan bunga bersih sebesar 3,8 persen yoy. Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp38,5 triliun atau naik 2,4 persen dari tahun lalu.
Total kredit BCA stabil di angka Rp593,6 triliun pada Juni 2021, didukung oleh segmen korporasi, KPR, dan kartu kredit. Kredit korporasi naik 1,0 persen YoY menjadi Rp260,4 triliun pada Juni 2021.
Pada periode yang sama, KPR juga meningkat 2,9 persen menjadi Rp93,6 triliun sebagai hasil dari pelaksanaan BCA Online Expoversary pada Maret 2021, di mana sebagian besar kredit tersebut dibukukan pada kuartal kedua tahun ini.
Saldo outstanding kartu kredit juga berhasil mencatatkan rebound, naik 4,5 persen YoY menjadi Rp14,0 triliun. Kredit komersial dan UKM terkoreksi 1,0 persen YoY menjadi Rp182,8 triliun, dipengaruhi oleh perlambatan aktivitas bisnis. Sementara itu, KKB turun 13,4 persen YoY menjadi Rp36,8 triliun.
Adapun, dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dana murah (CASA) naik 21,0 persen YoY menjadi Rp697,1 triliun dan deposito berjangka meningkat 6,8 persen YoY mencapai Rp198,2 triliun.
Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga tumbuh 17,5 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp895,2 triliun, sehingga mendorong total aset naik 15,8 persen YoY menjadi Rp1.129,5 triliun pada akhir Juni 2021.