Bisnis.com, JAKARTA - Berita mengenai kondisi seorang ibu yang meminjam ke fintech dengan model gali lobang tutup lobang menjadi berita yang paling populer di kanal Finansial Bisnis.com, pada Jumat, 30 Juli 2021.
Ibu tersebut melakukan pinjaman dari satu pinjol ke pinjol lain hingga akhirnya akhirnya terjebak dan terjerat utang di 141 pinjaman online (pinjol). Celakanya, mayoritas pinjol tersebut adalah fintech ilegal sehingga membuat dia jadi terintimdasi.
Selain kisah tersebut, berita terpopuler lainnya yakni tentang aksi korporasi yang akan dilakukan oleh bank swasta terbesar di Tanah Air, yakni PT Bank Central Asia Tbk. Emiten berkode saham BBCA tersebut akan melakukan stock split sahamnya dengan rasio 1:5.
Berikut ini lima berita terpopuler di kanal Finansial.
1. Aduh! Seorang Ibu Terjebak 'Ngutang' di 141 Pinjol, Mayoritas Ilegal
Satgas Waspada Investasi atau SWI menyatakan bahwa terdapat salah seorang yang melakukan peminjaman ke 141 perusahaan pinjaman online atau pinjol, dengan sebagian besar dinilai ilegal. Orang tersebut terjebak dalam utang tetapi membayarnya dengan meminjam dari pinjol lainnya.
Ketua SWI Tongam L. Tobing menjelaskan bahwa pihaknya, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menjadi bagian dari Satgas, terus melakukan pencegahan penyebaran pinjol ilegal. Pemblokiran dilakukan melalui patroli siber oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) maupun berasal informasi dan pengaduan kepada OJK.
Menurut Tongam, dari berbagai pesan yang masuk, aduan paling mencengangkan berasal dari seorang ibu yang terjebak di 141 pinjol. Orang tersebut mengaku terjebak dan terintimidasi setelah mengajukan pinjaman untuk membayar utang-utangnya.
Klik selengkapnya di sini.
2. Membandingkan Rapor Paruh Tahun Bank Jago (ARTO) vs Bank Aladin (BANK), Bagaimana Hasilnya?
PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK), dua emiten calon bank digital dengan kenaikan harga saham paling panas hingga Jumat (30/7/2021), telah merilis laporan kinerja masing-masing untuk periode semester I/2021.
Dari berbagai indikator, upaya berbenah sudah tampak dilakukan kedua perusahaan. Meskipun, secara kemajuan indikator-indikator tersebut, keduanya berada dalam tataran yang berbeda.
Nama pertama, ARTO, telah menunjukkan geliat bisnis yang menjanjikan. Sepanjang 6 bulan pertama tahun ini, perseroan telah mampu memompa penyaluran kredit maupun Dana Pihak Ketiga (DPK) secara signifikan.
Klik selengkapnya di sini.
3. BCA Lakukan Stock Split Saham dengan Rasio 1:5, Gelar RUPSLB 23 September
Emiten perbankan, PT Bank Cental Asia Tbk. berencana melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan rasio 1:5.
Oleh karena itu, perseroan akan menyelenggarakan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 23 September mendatang. Rapat tersebut untuk meminta restu kepada para pemegang saham terkait rencana stock split.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan pemecahan nilai saham itu dilakukan karena mencermati perkembangan dan dinamika ekonomi dan pasar di dalam negeri, termasuk aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia.
Klik selengkapnya di sini.
4. Bos Bank Syariah Indonesia (BRIS) Ungkap Rencana Pengembangan Aplikasi Super
PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) akan menyusul bank-bank besar lain dalam pengembangan layanan digital. Emiten bersandi saham BRIS itu, siap mengembangkan aplikasi mobile banking-nya menjadi super apps.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan digitalisasi merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dilawan. Fenomena tersebut juga menjadi daya tarik pasar, terutama di industri jasa keuangan. Yang harus dilakukan perbankan, lanjutnya, bagaimana menyikapi fenomena tersebut. Oleh karena itu, BSI telah menyiapkan strategi dalam pengembangan layanan digital.
Klik selengkapnya di sini.
5. Restrukturisasi Melandai, Adira Finance (ADMF) Tetap Akomodasi Permintaan Baru
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance) berkomitmen terus mengakomodasi permintaan restrukturisasi kendati pengajuannya sudah sangat kecil dan tidak signifikan.
Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli per Juni 2021, jumlah nasabah ADMF yang pinjamannya telah mendapatkan restrukturisasi ada sebanyak 831.000 kontrak atau sekitar Rp19 triliun, mewakili sekitar 36 persen dari piutang yang dikelola per Februari 2020.
Klik selengkapnya di sini.