Bisnis.com, JAKARTA - Industri pembiayaan (multifinance/leasing) ketiban berkah dari moncernya permintaan kredit modal kerja, di tengah masih lesunya permintaan kredit investasi dan barang konsumsi selama periode new normal.
Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2021, piutang pembiayaan modal kerja secara keseluruhan mampu mencapai Rp27,33 triliun, lebih baik dibandingkan tutup buku 2020 di Rp24,63 triliun, serta tahun sebelumnya, yaitu Rp23,25 triliun pada Juni 2020.
Piutang usaha pun tercatat terus mengalami peningkatan secara bulanan, di mana kini mencapai Rp5,43 triliun, lebih baik dibandingkan dengan akhir 2020 di Rp4,23 triliun, serta tahun sebelumnya, yaitu Rp3,7 triliun pada Juni 2020.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengungkap bahwa salah satu hal yang mendorong kinerja segmen ini adalah maraknya permintaan pembiayaan invoice jangka pendek dari mitra kerja.
"Kredit produktif di multifinance itu kebanyakan jangka pendek atas permintaan mitra. Tanpa agunan, biasanya buat arus kas atas tagihan mereka yang baru cair tiga sampai enam bulan. Kenapa bisa mudah kita berikan? Karena biasanya mereka sudah bekerja sama lama dengan leasing, jadi kita sudah tahu bagaimana payor-nya," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (6/8/2021).
Suwandi mencontohkan, mitra tersebut antara lain dealer, debitur badan usaha yang memiliki relasi dengan leasing, atau pelaku usaha yang masih memiliki piutang berjalan atas kredit kendaraan atau kredit investasninya.
Baca Juga
Sekadar informasi, invoice financing atau anjak piutang berarti pelaku usaha selaku debitur sudah menyelesaikan pekerjaan atau proyeknya, namun belum menerima pembayaran dari payor dalam beberapa bulan ke depan, sehingga butuh pinjaman sementara untuk arus kas.
"Kredit modal kerja ini selama 2020 memang mampu menahan kontraksi [piutang pembiayaan] industri tidak jatuh lebih dalam. Tahun ini trennya masih akan sama, karena bagaimanapun mitra pelaku usaha juga perlu kita bantu melewati masa ini, karena ujung-ujungnya kelancaran bisnis mereka berpengaruh buat kita juga," tambahnya.
Sekadar informasi, nilai outstanding bruto dari seluruh objek pembiayaan yang dibiayai leasing pada semester I/2021 ini hanya mencapai Rp386,68 triliun, tercatat turun 10,42 persen (year-on-year/yoy) dari capaian Rp431,67 triliun pada Juni 2020 dan turun 0,8 persen (year-to-date/ytd) dari capaian Rp390,07 triliun pada Januari 2021.
Berdasarkan klasifikasi objek pembiayaan, barang produktif (Rp100,55 triliun) dan barang infrastruktur (Rp9,45 triliun) masih mengalami koreksi ketimbang capaian Januari 2021. Namun, barang konsumtif (Rp261,85 triliun), jasa (Rp9,39 triliun), dan piutang usaha (Rp5,43 triliun) mengalami peningkatan ketimbang Januari 2021.