Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) percaya bahwa bangkitnya permintaan pembiayaan untuk kendaraan bermotor bakal terus menekan kontraksi outstanding lembaga pembiayaan atau multifinance.
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B OJK Bambang W Budiawan menggambarkan bahwa kendaraan bermotor merupakan kontributor terbesar bagi piutang pembiayaan industri.
Oleh sebab itu, kontraksi 2,57 persen (year-to-date/ytd) ketimbang akhir 2020 untuk outstanding total industri di Rp383,77 triliun per Agustus 2021, harapannya semakin mengecil menjelang akhir periode.
"Total outstanding trennya menuju ke arah yang lebih positif. Hal ini juga seiring dengan penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor yang pertumbuhan piutangnya untuk roda dua dan roda empat, baik baru maupun bekas, telah menunjukkan adanya pemulihan," ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (3/10/2021).
Bambang sebelumnya berharap outstanding pada 2021 bisa tumbuh di kisaran 1 persen ketimbang 2020, ditopang nilai outstanding untuk objek kendaraan bermotor yang semuanya menuju positif. Apalagi, daya beli masyarakat mulai pulih dan insentif pemerintah untuk sektor ini bertahan sampai akhir tahun.
Sebagai gambaran, salah satu insentif paling berpengaruh, yaitu diskon pajak barang mewah (PPnBM) untuk beberapa jenis mobil baru yang tampak begitu menolong industri.
Bambang mengungkap bahwa berdasarkan catatan OJK terkait pembiayaan baru atau new booking industri yang sebelumnya hanya Rp20 triliun per bulan, saat ini pun telah meningkat menjadi di atas Rp23 triliun per bulan sejak Maret 2021 yang notabene merupakan awal diberlakukannya diskon PPnBM.
Pada tahun ini, pembiayaan baru tertinggi yang tampak 'menolong' outstanding industri ada di periode April 2021 sebesar Rp27,1 triliun yang turut dipengaruhi momen lebaran. Februari 2021 di Rp19,24 triliun menjadi yang terendah, sementara sisanya berada di kisaran rata-rata booking bulanan industri, mulai Rp21 triliun sampai 26 triliun.
Adapun, dari nominal outstanding secara terperinci, mobil baru (Rp108,5 triliun) masih minus 3,27 persen (ytd), mobil bekas (Rp54,92 triliun) minus 4,29 persen (ytd), motor baru (Rp62,96 triliun) minus 2,68 persen (ytd), sementara motor bekas (Rp17,68 triliun) telah positif 6,62 persen (ytd).
"Kalau dilihat dari trennya, (pertumbuhan) minus di objek-objek kendaraan bermotor ini sudah mulai berkurang. Jadi sudah mulai menuju arah lebih baik," tambahnya.