Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan penyedia jasa bayar tunda atau paylater Kredivo (PT FinAccel Finance Indonesia) mendorong pelaku industri kreatif untuk meningkatkan literasi berkaitan pengelolaan keuangan.
Hal ini diungkap General Manager Kredivo Lily Suriani dalam diskusi virtual gerakan literasi keuangan digital 'Generasi Djempolan Kredivo' di Bandung, bersamaan dengan usia setahun dari gerakan ini yang sebelumnya telah terselenggara di Makassar, Pontianak, Manado, dan Batam.
"Generasi muda Bandung punya potensi besar soal pengembangan industri kreatif. Pengguna Kredivo di Bandung pun mengalami peningkatan hingga 141 persen [year-to-date/ytd] dari akhir 2020. Harapannya, bukan hanya dari sisi literasi digital, literasi keuangan mereka bisa semakin oke," ungkapnya, Jumat (8/10/2021).
Bandung menyandang status sebagai Creative City Network UNESCO. Tercatat, Bandung memiliki 126.184 unit usaha kreatif, jauh lebih banyak dibandingkan dengan Yogyakarta yang hanya memiliki 26.910 unit usaha kreatif, dan Bali dengan 37.857 unit usaha kreatif.
Berdasarkan catatan Kredivo, usia pengguna mayoritas juga didominasi oleh kelompok umur milenial produktif, yaitu kelompok umur 20-29 tahun, sebanyak 50 persen. Sementara proporsi layanan yang paling banyak digunakan adalah pembelanjaan retail (64 persen) dan pinjaman tunai (36 persen).
"Menariknya, mayoritas pengguna menggunakan pinjaman tunai sebagai modal usaha. Misalnya, menggunakan akses paylater buat alat-alat penunjang produktivitas seperti gadget, kamera, dan lain-lain," tambah Lily.
Baca Juga
Oleh sebab itu, Kredivo berharap pemanfaatan akses fintech yang maksimal dan bijak, akan turut mampu mendorong pertumbuhan ekosistem kreatif Bandung yang sehat dan positif.
Berkaca pada potensi tersebut, Kredivo secara aktif mengajak generasi muda di Kota Bandung untuk melek keuangan dan mampu terus meningkatkan daya saing usaha kreatifnya, dengan tiga kriteria utama Generasi Djempolan Kredivo.
Pertama, set prioritas yang dapat menentukan prioritas dan batasan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kedua, value over price atau memahami nilai dari pengeluaran dan pemanfaatan keuangan, bukan hanya karena murah, namun juga memiliki nilai. Ketiga, best of both worlds atau tech-savvy sekaligus financially savvy.
"Oleh sebab itu, Kredivo terus mengingatkan agar para anak muda pelaku industri kreatif di Bandung selalu ingat responsible lending atau bijak meminjam dan smart spending atau bijak berbelanja," ungkapnya.
"Kami juga terus mendorong penyaluran pembiayaan untuk sektor produktif sehingga dapat terus mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Bandung. Kami optimis bahwa dengan kolaborasi yang kuat dari pemerintah serta pelaku industri, maka masyarakat akan semakin siap untuk menjadi bagian dari ekonomi digital yang sehat dan kondusif," ujarnya.
Adapun, Dwi Purnomo selaku Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan Indonesia Creative Cities Network (ICCN) menjelaskan ekosistem industri kreatif yang sudah terbentuk idapat menjadi peluang bagi generasi muda untuk menangkap peluang usaha.
Oleh sebab itu, meskipun peta kompetisi pelaku industri kreatif di Kota Bandung semakin ketat, peningkatan daya saing di tengah kehadiran teknologi menjadi kunci bagi pertumbuhan industri kreatif yang berkelanjutan.
"Akses keuangan digital juga menjadi akselarator perkembangan pelaku usaha, sehingga pemanfaatan terhadap layanan keuangan yang digital perlu untuk terus ditingkatkan, terutama bagi kalangan generasi muda," tutupnya.