Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja menilai penyaluran kredit konsumen unik.
BCA sampai dengan september 2021, telah menyalurkan kredit mencapai Rp 605,9 triliun, atau naik 4,1 persen secara year-on-year (yoy). Jahja pun mengatakan pertumbuhan kredit ditopang oleh membaiknya permintaan KPR dan Korporasi.
"Yang unik, sebetulnya, kredit konsumen. Kalau kami pilah-pilah kredit konsumer, untuk KPR pertama, memang saat ini yang lebih cepat recovery adalah kebutuhan rumah " ujar Jahja dalam konferensi pers kinerja BCA September 2021, Kamis (20/10/2021).
Jahja pun menjelaskan sebelum pandemi Covid-19, penggunaan kredit KPR ada tiga. Pertama, yang membutuhkan kredit untuk membeli rumah dan kedua untuk investasi.
"Ketiga adalah kebutuhan modal kerja karena dilihat KPR ini kan kredit murah, disekolahin atau istilahnya refinancing untuk mengganti kredit modal kerja mereka. Adanya Covid, kami melihat investasi itu hilang juga untuk mengganti KMK itu juga relatif hilang, yang tersisa hanya kebutuhan betul-betul untuk first owner," jelas Jahja.
Baca Juga
Jahja pun menambahkan perpanjang relaksasi pajak pada sektor properti dan otomotif yang turut menjaga daya beli masyarakat.
Bersamaan dengan stimulus pemerintah, BCA menyelenggarakan KPR BCA ONLINEXPO dari 9 September hingga 10 Oktober, setelah sebelumnya digelar di sepanjang Juli 2021.
"KPR online itu betul-betul menarik gairah dari para nasabah BCA, bahkan di luar nasabah pun melihat promosi kredit kami dan lalu bagaimana kami menawarkan secara virtual nasional, bukan hanya Jakarta dan bandung, dan ini responsnya luar biasa," tambah Jahja.
Pada awal Covid-19, KPR turun dari rata - rata Rp 2 triliun menjadi Rp 800 miliar per bulan. Namun, melalui KPR EXPO, penyaluran KPR menyentuh angka Rp 15 triliun selama tiga bulan berjalan. Hal ini juga pendorong kenaikan KPR 6,5 persen yoy atau sebesar Rp 95,1.
"Sekarang kita sudah bersyukur, average sudah naik bahkan ketika ada virtual expo KPR BCA itu mencapai Rp15 triliun dalam tiga bulan karena ada presale. Oleh karena itu, outstanding KPR meningkat, melebihi Rp95,1 triliun," ungkapnya.
Adapun, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) turun 7,6 persen yoy menjadi Rp 35,6 triliun. Jahja pun menjelaskan bahwa KKB memiliki ciri tersendiri. Dia mengatakan secara rerata bulanan permintaan kredit kendaraan cukup baik, terlihat dalam beberapa bulan pada tahun ini telah mendekati Rp2 triliun.
“Namun, jangan lupa, KKB ini lebih short term dari Kredit Pemilikan Rumah [KPR], repayment bulanannya juga tinggi sekitar Rp2 triliun. Jadi, kalau kredit bulan itu kurang dari Rp2 triliun, maka masih tetap negatif,” kata Jahja.
Selain itu, ada pula faktor lain yang melintangi kinerja KKB. Pertama adalah krisis semikonduktor atau cip yang melanda hampir seluruh pabrikan otomotif global. Kondisi ini pun membuat kinerja produksi kendaraan bermotor, khususnya mobil sedikit tersendat.
Kedua, penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat pada Juli 2021, juga membuat kapasitas pabrikan dan jumlah shift pekerja industri otomotif berkurang.
“Ini menyebabkan bahwa demand itu tidak terpenuhi dan kalau orang inden beberapa bulan biasanya pembeli mobil tidak mau karena harga tidak terikat,” kata Jahja.
Menurutnya, beberapa faktor itu sedikit banyak menghalangi akselerasi penyaluran KKB. Meski demikian, Jahja bersyukur bahwa secara rerata bulanan kredit kendaraan telah mendekati sekitar Rp2 triliun. “Kami harap ke depan ini back to normal.”
Adapun, segmen korporasi diangkat membaik lebih cepat dibandingkan komersial SMI dari segi permintaan. Kredit korporasi pun naik 7,1 persen (year-on-year/yoy) ke Rp 269,9 triliun. Pada periode yang sama, kredit komersial dan UKM mencatatkan kenaikan sebesar 1,5 persen yoy menjadi Rp185,4 triliun.
Saldo outstanding kartu kredit juga naik 1,2 persen yoy menjadi Rp13,9 triliun. Secara total, portofolio kredit konsumer membaik dengan catatan kenaikan 2,1 persen yoy atau menjadi Rp144,7 triliun.
Pada kuartal III/2021, total dana pihak ketiga naik 18,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp923,7 triliun, sehingga mendorong total aset tumbuh 16,5 persen yoy mencapai Rp1.169,3 triliun.
Seiring kokohnya serta kinerja outstanding kredit yang membaik, BCA mempertahankan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih, yakni 3,3 persen yoy menjadi Rp42,2 triliun sepanjang Januari – September 2021.