Bisnis.com, JAKARTA - Menggandeng entitas lokal menjadi senjata pemain fintech peer-to-peer (P2P) lending klaster produktif PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) untuk memperbesar pangsa pasar di luar Jawa.
Founder & CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra menjelaskan bahwa penyaluran pinjaman Amartha di era pandemi justru lebih banyak ke luar Jawa, karena segmen peminjam (borrower) di Jawa banyak yang usahanya terpengaruh oleh pembatasan sosial.
Oleh sebab itu, pria yang juga dipercaya sebagai Juru Bicara Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) ini optimistis dari target penyaluran pinjaman Amartha senilai Rp2,5 triliun sepanjang 2021, lebih dari 65 persen akan tersalurkan kepada borrower 'emak-emak' pelaku usaha mikro di luar Jawa.
"Selain karena potensinya besar dan marketnya ada, menyediakan akses permodalan mikro untuk wanita pedesaan, terutama daerah luar Jawa, merupakan upaya kami ikut menyelesaikan salah satu problem besar Indonesia. Kami optimistis ke depan bisa menyalurkan pendanaan lebih banyak ke luar pulau Jawa," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (16/11/2021).
Untuk mencapai target ini, Amartha tampak memiliki strategi unik untuk menjalankan strateginya, yaitu menggandeng entitas keuangan lokal, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau Bank Pembangunan Daerah (BPD) di wilayah setempat.
Sebagai contoh, setelah menyalurkan Rp785 miliar ke wilayah Sumatra sepanjang periode berjalan, Amartha menggaet PT BPD Sumatra Selatan dan Bangka Belitung (Bank Sumsel Babel) untuk merealisasikan target kawasan Rp1 triliun pada akhir tahun.
Baca Juga
Aria Widyanto, Chief Risk & Sustainability Officer Amartha menjelaskan bahwa pihaknya sedang melanjutkan strategi serupa di wilayah Sulawesi, lewat menggandeng PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Bank BPD Sulselbar).
"Penyaluran pendanaan ke luar pulau Jawa memang cukup mendominasi di Amartha, yakni mencapai 65 persen dari total penyaluran. Ini sejalan dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang mengimbau pelaku fintech untuk turut mendongkrak ekonomi di luar Jawa melalui akses permodalan," ungkapnya dalam keterangan resmi.
Terkini, penyaluran pinjaman Amartha ke borrower emak-emak di Sulawesi telah mencapai Rp450 miliar, meningkat 96 persen (year-on-year-year/yoy) dibandingkan periode 2020 sebesar Rp230 miliar.
Selama beroperasi di Sulawesi sejak 2019, Amartha telah menjangkau lebih dari 100.000 mitra perempuan pengusaha mikro yang tersebar di 2.156 desa di Sulawesi, mulai dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
Hingga saat ini, Amartha mengelola 79 poin operasional di wilayah Sulawesi yang didukung oleh lebih dari 400 tenaga lapangan. Hasilnya, outstanding loan wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan, yakni sebesar Rp303 miliar pada 2021, lebih tinggi 146 persen (yoy) dari jumlah outstanding loan periode 2020, yakni Rp123 miliar.
Amartha mengutamakan prinsip bisnis yang berkelanjutan serta menciptakan dampak sosial yang berlipat ganda (multiplier effect). Oleh sebab itu, sebagian besar penyaluran dimanfaatkan para mitra Amartha untuk menggarap sektor perdagangan skala mikro, selain karena memang terbukti lebih stabil.
"Amartha memastikan setiap mitra diberikan credit scoring yang tepat, sehingga tidak mengalami overdebt atau kelebihan utang, dan menerapkan sistem bagi hasil yang transparan. Mitra tidak akan membayar bunga berlipat ganda jika terlambat membayar tagihan, dan risiko gagal bayar juga diminimalisir dengan menggunakan sistem tanggung renteng," ujarnya.
Melihat potensi UMKM yang sangat besar di Sulawesi, Amartha menargetkan penyaluran hingga Rp600 miliar pada akhir 2021 ini, dan sebesar Rp1 triliun pada 2022.
Amartha juga optimistis dapat menjangkau lebih dari 200.000 perempuan pengusaha mikro di Sulawesi pada tahun depan, serta berencana untuk melakukan ekspansi hingga ke Sulawesi Utara dengan membuka 60 titik operasional baru.
"Amartha optimis dapat menggarap pasar di wilayah Sulawesi. Terlebih, dengan adanya kolaborasi bersama Bank Sulselbar, yang sudah terbukti berpengalaman dalam menggarap potensi UMKM di wilayah Sulawesi. Harapannya, kerja sama ini dapat menjadi penggerak bagi instansi lainnya untuk bersama-sama menciptakan dampak sosial dan ekonomi melalui fintech," tutupnya.
Irmayanti Sulthan, Direktur TI dan Operasional Bank Sulselbar menjelaskan pihaknya senantiasa berupaya untuk membangun potensi daerah dan pemberdayaan UMKM lokal, salah satunya kerja sama dengan fintech seperti Amartha.
"Ini merupakan salah satu langkah strategis yang kami ambil untuk mewujudkan akselerasi digitalisasi UMKM khususnya di daerah Sulawesi. Bank Sulselbar memiliki jangkauan nasabah yang luas, sedangkan Amartha memiliki teknologi yang mendukung inklusi keuangan. Inilah kerja sama yang kami harap, saling menguntungkan, untuk pembangunan kesejahteraan merata," jelasnya.
Dalam mengembangkan potensi UMKM di Sulawesi, Bank Sulselbar memiliki serangkaian program yang ditujukan untuk menjangkau segmen usaha mikro seperti edukasi literasi dan inklusi keuangan yang telah diikuti oleh lebih dari 16.000 peserta.
Bank Sulselbar juga aktif dalam mengadopsi digitalisasi dalam pelayanannya. Sebut saja QRIS, ATM CRM, mobile banking, CMS, kolaborasi fintech dan market place untuk pembayaran pajak dan retribusi (GoTo, Shopee) yang merupakan layanan digital dari Bank Sulselbar, untuk memudahkan nasabah dalam mengakses layanan keuangan.
Ke depan, Bank Sulselbar menargetkan 6.600 user UMKM dalam setahun dengan maksimal pencairan Rp15 juta per user untuk tenor maksimal satu tahun. Sehingga diharapkan target realisasi kolaborasi pola channeling dapat mencapai Rp100 miliar.
Adapun, Dian Handayani, Head of Micro Business Amartha wilayah Sulawesi menyampaikan tantangan terbesar yang dihadapi oleh Amartha dalam mengembangkan potensi UMKM di Sulawesi adalah terbatasnya literasi digital para mitra.
Inilah alasan kenapa Amartha mengerahkan lebih dari 400 tenaga lapangan yang tersebar di Sulawesi. Tenaga lapangan memainkan peranan yang sangat penting, karena bertanggung jawab langsung dengan para mitra untuk memonitor perkembangan bisnis para borrower.
"Bahkan untuk smartphone saja, tidak semua mitra memilikinya. Oleh sebab itu, peranan tenaga lapangan sangat krusial. Mereka yang memperkenalkan literasi digital ke mitra Amartha agar para mitra terbuka pada inovasi," ujarnya.
Berdasarkan laporan Sustainability Amartha periode 2020, rata-rata pendapatan mitra Amartha di Sulawesi mengalami peningkatan sebesar 69 persen sejak bergabung dengan Amartha. Bahkan, jumlah karyawan yang dipekerjakan meningkat 11 persen setelah bergabung dan menerima pendanaan.
Ini merupakan sebagian dampak yang diciptakan dari bisnis Amartha, dan masih banyak lagi indikator yang menunjukkan perbaikan kualitas hidup seperti tingkat pendidikan anak-anak mitra yang semakin membaik, atau kemampuan mitra untuk membeli aset baru setelah bergabung dengan Amartha.