Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Proyeksi Kredit Perbankan Tumbuh 6 hingga 8 Persen Tahun Depan

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan perkembangan tersebut akan didukung oleh stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga pada tahun depan.
Karyawan memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam
Karyawan memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan kredit pada 2022 akan tumbuh pada kisaran 6 hingga 8 persen. Di samping itu, dana pihak ketiga diperkirakan tumbuh pada kisaran 7 hingga 9 persen.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan perkembangan tersebut akan didukung oleh stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga pada tahun depan.

Kinerja fungsi intermediasi perbankan juga akan didorong oleh rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan yang tetap tinggi, serta likuiditas yang melimpah.

“Dengan stabilitas sistem keuangan yang terjaga, kecukupan modal tinggi, dan likuiditas melimpah, DPK dan kredit akan tumbuh masing-masing 7-9 persen dan 6-8 persen pada 2022,” katanya dalam acara Pertemuan Tahunan BI, Rabu (24/11/2021).

Pada September 2021, BI mencatat CAR perbankan tetap tinggi sebesar 25,18 persen dan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tetap terjaga, sebesar 3,22 persen (bruto) dan 1,04 persen (neto).

Permintaan kredit menurutnya akan membaik sejalan dengan meningkatnya aktivitas dunia usaha dan konsumsi, sejalan dengan aktivitas masyarakat yang meningkat.

Dari sisi penawaran pun, standar penyaluran kredit oleh perbankan melonggar seiring dengan menurunnya persepsi risiko.

Lebih lanjut, Perry mengatakan bahwa, pemulihan ekonomi pada 2022 masih membutuhkan prasyarat utama, yaitu percepatan vaksinasi dan pembukaan sektor-sektor usaha.

Dia menyampaikan, sembilan sektor usaha siap menarik kredit perbankan, di antaranya sektor perkebunan, kimia-farmasi, hortikultura, tanaman pangan, pengolahan tembakau, makanan dan minuman, kayu dan furnitur, kertas, serta pertambangan bijih logam.

Sementara itu, sektor-sektor lainnya masih perlu didukung dengan stimulus, misalnya insentif pajak, penjaminan kredit, subsidi bunga, pelonggaran keb makroprudensial dari BI, dan perpanjangan kebijakan restrukturisasi kredit dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper