Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PPnBM Emisi Bikin Leasing Khawatir

Namun demikian, tekanan dari harga kendaraan diprediksi tak akan berlangsung lama. Hal ini didorong pemulihan perekonomian masyarakat dan kebutuhan akan kendaraan pribadi di era normal baru. 
Karyawan beraktivitas di kantor Adira Finance di Jakarta. /Bisnis-Endang Muchtar
Karyawan beraktivitas di kantor Adira Finance di Jakarta. /Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri pembiayaan (multifinance) atau akrab disapa leasing, khawatir gairah perbaikan permintaan pembiayaan pada tahun depan akan ditekan oleh kenaikan harga mobil-mobil yang laris di pasaran. 

Hal ini diungkap Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno dalam diskusi virtual Bisnis Indonesia Financial Outlook 2022, Kamis (25/11/2021). 

Sekadar informasi, insentif pajak barang mewah (PPnBM) ditanggung pemerintah bakal habis pada akhir 2021. Sementara itu, regulasi PPnBM baru berdasarkan tingkat efisiensi bahan bakar dan kadar emisi kendaraan kini telah resmi berlaku. 

"Kami yakin geliat di industri pembiayaan akan terus tumbuh, tapi kami sedikit menekan ekspektasi. Salah satunya dari mobil baru, karena saya dengar carbon tax akan membuat mobil-mobil laris yang sekarang ini belum Euro 5 harganya bisa naik puluhan juta, didorong juga oleh harga bahan baku yang semakin mahal," ungkapnya. 

Namun demikian, Suwandi memprediksi bahwa tekanan dari harga kendaraan ini tak akan berlangsung lama. Hal ini didorong pemulihan perekonomian masyarakat dan kebutuhan akan kendaraan pribadi di era normal baru. 

"Semoga tidak akan lama, karena dulu sempat ribut-ribut harga mobil yang Rp100 jutaan naik sampai Rp200 juta, tiga bulan kemudian ternyata tetap laris dan nyatanya dibeli juga. Apalagi sekarang infrastruktur tol sudah bagus dan bisa dinikmati buat para pengguna kendaraan pribadi," tambahnya. 

Adapun, selain dari sektor otomotif, permintaan pembiayaan yang bakal signifikan buat para pemain bisa mengembalikan aset piutang pembiayaannya, yaitu dari sisi objek alat berat dan mobil komersial. 

Ini karena didorong harga komoditas yang tengah moncer seperti batu bara dan nikel, serta geliat di empat sektor terkait, yaitu pertambangan, agro, forestry, dan konstruksi. 

Sementara itu, kredit barang-barang konsumsi yang nilainya tak terlalu besar, seperti sepeda motor, elektronik, dan alat rumah tangga juga dipercaya mengalami perbaikan sesuai tren peningkatan daya beli masyarakat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper