Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi dari Rumpun Pembiayaan Masih Sepi. Bagaimana Tahun Depan?

Strategi pendanaan lewat penerbitan surat utang baru diproyeksikan baru akan menjadi fokus pada 2022.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Gairah penghimpunan dana lewat pasar modal oleh para emiten di rumpun usaha pembiayaan batal kembali meriah pada semester II/2021 akibat lonjakan pandemi Covid-19 Jilid II. Apa kabar 2022?

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) sebelumnya optimistis bahwa rumpun pembiayaan yang terdiri dari sektor multifinance swasta, lembaga keuangan khusus, dan lembaga pembiayaan bakal bangkit jelang akhir periode 2021.

Namun, menilik realisasinya yang masih terbilang sepi hingga kuartal III/2021, proyeksi tersebut kembali digeser buat periode 2022. Pasalnya, para pelaku usaha pembiayaan memang hanya bisa mengandalkan sumber pendanaan dari dua hal, yaitu pinjaman perbankan dan pasar modal lewat penerbitan surat utang.

Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan (Fi Ratings) Pefindo Danan Dito menjelaskan bahwa pendanaan lewat pasar modal dari ketiga sektor ini memang terbilang masih belum menjadi prioritas, selain karena lonjakan kasus Covid-19 Jilid II, juga karena fasilitas pendanaan dari perbankan sedang melimpah sekaligus memiliki cost of fund murah.

"Pertimbangan ini membuat para penerbit itu terbagi, sebagian memilih tetap diverifikasi [pendanaan] lewat pasar modal, tapi ada yang memilih menunda dulu dan fokus dari bank loan," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Jumat (26/11/2021).

Sebagai gambaran, penerbitan surat utang sepanjang 2019 dari multifinance mencapai Rp26,42 triliun, lembaga keuangan khusus Rp31,37 triliun, sementara lembaga pembiayaan Rp6,79 triliun.

Sementara sepanjang 2020, multifinance hanya menerbitkan Rp14,35 triliun karena minimnya kredit otomotif. Lembaga keuangan khusus pun turun ke Rp12,28 triliun karena BUMN yang bermain di sektor ini juga terdampak pandemi. Sebaliknya, lembaga pembiayaan naik ke Rp9,93 triliun karena pemain di sektor ini, seperti PNM dan Pegadaian justru mendapat berkah di era pandemi.

Terkini, yaitu sampai kuartal III/2021, realisasi penerbitan surat utang dari multifinance sebesar Rp14,2 triliun, lembaga keuangan khusus Rp3,3 triliun, sementara lembaga pembiayaan Rp9,1 triliun.

Nominal tersebut masih di bawah nilai surat utang yang jatuh tempo pada 2021 ini, di mana multifinance mencapai Rp21,69 triliun, lembaga keuangan khusus Rp20,47 triliun, sementara lembaga pembiayaan Rp10,72 triliun.

"Sekarang ini kondisi masih fluktuatif dan appetite [pendanaan] masih jangka pendek. Kemungkinan besar strategi pendanaan lewat penerbitan surat utang baru akan difokuskan pada 2022. Berdasarkan proyeksi kami bisa lebih dari jumlah yang akan jatuh tempo di tahun depan, total dari ketiganya sekitar Rp46,8 triliun," jelas Dito.

Adapun, beberapa multifinance yang sebelumnya rajin menerbitkan surat utang pun mengakui baru akan memeriahkan penerbitan surat utang korporasi di Tanah Air mulai awal periode 2022.

Sebagai contoh, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance/ADMF) pada tahun ini hanya sekali menggelar penerbitan pada kisaran awal semester II/2021, yaitu Obligasi Berkelanjutan V Adira Finance Tahap II Tahun 2021 senilai Rp1,3 triliun dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap II Tahun 2021 senilai Rp200 miliar.

Pasalnya, anak usaha PT Bank Danamon Tbk. (BDMN) ini lebih memilih melakukan operasional pembiayaan sepanjang 2020 lewat pembiayaan dari kas sendiri dan joint financing dengan induk usaha. Terbukti, pinjaman eksternal ADMF dari surat utang dan pinjaman bank dalam negeri dan luar negeri masih menciut 42,1 persen (yoy) menjadi Rp11,9 triliun saja di September 2021.

"Kalau pembiayaan mulai tumbuh, Adira Finance pasti masuk ke pasar modal lagi tahun depan. Apalagi, tiap tahun kita biasanya [menerbitkan surat utang] dua-tiga kali, ya, tahun ini saja yang cuma sekali," ungkap Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila.

Mirip, PT Indomobil Finance Indonesia (IMFI) baru saja merilis Obligasi Berkelanjutan IV Indomobil Finance Tahap II Tahun 2021 dengan pokok senilai Rp1,92 triliun. Sebelumnya, realisasi Tahap I hanya senilai Rp336 miliar pada 2020.

Dana dari hasil penawaran umum ini akan dipergunakan seluruhnya oleh perseroan untuk modal kerja pembiayaan kendaraan bermotor dan alat berat sampai tahun depan.

Vice Chairman of Executive Board PT Indomobil Finance Indonesia Gunawan Effendi sebelumnya mengungkap bagi multifinance bukan anak usaha perbankan langsung seperti pihaknya, tren pendanaan pada tahun ini memang lebih condong kepada modal kerja atau money market line dan pinjaman sindikasi.

Obligasi baru dilirik pada akhir tahun, karena pihak perbankan sedang 'banting harga' dalam penyaluran kredit. Buktinya, Indomobil Finance mendapatkan pinjaman sindikasi mencapai US$270 juta dari 12 bank luar negeri maupun dalam negeri pada pertengahan 2021.

Sementara itu, PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN) memilih menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV Mandala Multifinance Tahap IV Tahun 2021 senilai Rp650 miliar karena baru mendapatkan berkah pemulihan kinerja sepanjang 2021, sehingga mempersiapkan diri menyambut periode 2022.

Sekadar informasi, MFIN pada tahun ini telah merealisasikan pembiayaan baru Rp4 triliun dari target Rp5,1 triliun. Apabila tercapai, maka kinerja ini tercatat jauh lebih baik ketimbang capaian 2020 di Rp2,89 triliun, bahkan melampaui capaian 2019, di Rp4,92 triliun.

"Inilah kenapa kami sudah bersiap dari sisi pendanaan, lewat menuntaskan PUB [penawaran umum berkelanjutan] obligasi IV tahap IV senilai Rp650 miliar pada kuartal IV/2021 ini," jelasnya.

Sebagai informasi, PUB IV dari multifinance yang dimiliki oleh distributor brand sepeda motor ini memiliki target penghimpunan dana Rp1,5 triliun. Telah terealisasi di Tahap I senilai Rp150 miliar dan Tahap II senilai Rp315 miliar pada 2020, dan Tahap III senilai Rp300 miliar pada pertengahan 2021 lalu.

Masa penawaran obligasi ini berlangsung sampai 29 November 2021. Rencana penggunaanya sebanyak Rp300 miliar akan digunakan untuk melunasi pokok tidak termasuk bunga dari Obligasi IV Tahap II 2020 Seri A yang akan jatuh tempo pada 14 Desember 2021, sementara sisanya senilai Rp350 miliar akan dipergunakan untuk modal kerja, khususnya pembiayaan multiguna. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper