Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah berisiko semakin melemah pada pekan depan ke level Rp14.500-an, setelah melemah 22 poin atau 0,15 persen ke level Rp14.419 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat (3/12/2021).
Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan rupiah terkait dengan kondisi global yang mengkhawatirkan pasar.
"Kekhawatiran pasar saat ini tertuju pd merebaknya varian baru Omicron yg mulai terjadi di Eropa, AS dan Korea," papar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Hariyadi Ramelan kepada Bisnis, Senin (6/12/2021).
Hariyadi memaparkan pasar juga mengamati kebijakan the Fed yang cenderung hawkish terkait dengan percepatan tapering yang mungkin berakhir pada Maret 2022.
Dengan double tapering serta skenario Fed Fund Rate akan naik 2 sampai 3 kali lipat tahun depan atau menjadi 0,75-1 persen pada akhir 2022, Hariyadi menilai hal tersebut menjadi critical path untuk negara berkembang, termasuk bagaimana Indonesia merespon hal ini.
FOMC pada Desember ini akan berpotensi memberikan sinyal kuat terkait respon kebijakan The Fed dalam rangka mengimbangi upaya menangkal inflasi dengan full employment.
Baca Juga
"Kondisi pasar domestik tentunya terpengaruh faktor eksternal a.l. persepsi investor untuk risk off dan rebalancing posisi akhir tahun yang tinggal beberapa hari kedepan," paparnya.
Dia menegaskan BI terus memantau situasi ini dengan cermat dan BI tentunya terus berada berada di pasar valas dan rupiah domestik untuk memastikan kecukupan pasokan valas dengan adanya aksi profit taking atau peningkatan permintaan valas ini.
"BI akan selalu jaga nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya, terlebih CDS masih relatif stabil dan attractiveness SBN kita masih tetap menarik dibanding peers country," ujar Hariyadi.
Dia menambahkan BI meyakini kondisi saat ini hanya sementara dan BI terus menjaga pasar domestik dengan respon bauran kebijakan yang terukur baik dari sisi nilai tukar, manajemen likuiditas yang tetap akomodatif dan instrumen GWM, maupun suku kebijakan yang terukur dan tepat waktu dengan tetap melihat perkembangan eksternal seperti, FOMC The Fed pada 13-14 Desember mendatang.