Bisnis.com, JAKARTA -- PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) bakal menerapkan strategi investasi yang berbeda dari PT Asuransi Jiwasraya (Persero) untuk mencegah gagal bayar di masa mendatang.
Direktur Keuangan dan Investasi IFG Life Farid Azhar Nasution mengatakan, IFG Life bakal memperhatikan prinsip liability-driven investment (LDI), yakni menempatkan alokasi portofolio investasi berdasarkan karakteristik kewajiban polis tiap-tiap produk asuransi yang dijual perseroan.
"Belajar dari Jiwasraya yang dulu menggunakan satu fund untuk seluruh produk, sekarang tidak. Tiap produk kami buatkan asset liability management atau kami menyebutnya LDI," ujar Farid dalam konferensi pers secara virtual, Senin (21/2/2022).
Dia menuturkan, pihaknya akan mengidentifikasi karakteristik kewajiban dari tiap-tiap produk yang kemudian dipasangkan dengan aset investasinya. Hal ini akan membuat tiap-tiap produk IFG Life memiliki back-up asset yang sesuai dengan karakteristik kewajiban polis, baik dari sisi durasi maupun likuiditasnya. Dengan strategi ini, ia yakin potensi gagal bayar klaim di masa mendatang tidak akan ada lagi.
Ia menambahkan, saat ini untuk penempatan investasi, IFG Life juga dibatasi oleh kajian penyertaan modal negara (PMN). Sesuai kajian PMN, dana investasi IFG Life akan ditempatkan sebesar 70 persen pada surat berharga negara (SBN), 20 persen di pasar uang, dan 10 persen pada saham.
Namun, berdasarkan laporan keuangan IFG Life per Desember 2021, investasi perseroan mayoritas masih ditempatkan di deposito berjangka yang mencapai Rp11,75 triliun atau 84,1 persen dari jumlah investasi Rp13,97 triliun.
Baca Juga
"Pada akhir 2021, masih banyak portofolio investasi di deposito karena tidak mudah langsung menyerap SBN karena PMN diterima pada akhir 2021. Namun, sampai dengan hari ini, SBN sudah capai Rp8,3 triliun sehingga nantinya akan sesuai dengan kajian PMN," jelas Farid.
Adapun, untuk beroperasi secara penuh dan meneruskan polis-polis hasil restrukturisasi Jiwasraya, IFG Life telah menerima penguatan permodalan dari sumber internal IFG senilai Rp510 miliar dan dari PMN senilai Rp20 triliun.
Sementara itu, Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto berharap IFG Life, sebagai entitas baru pengganti Jiwasraya dan dukungan permodalan yang besar, dapat berkinerja baik ke depan. Apalagi, potensi captive market IFG Life dari sinergi BUMN dan jaringan kementerian/lembaga cukup besar.
Menurut Toto, dengan mengedepankan digitalisasi, potensi IFG Life untuk merebut ceruk pasar baru di asuransi jiwa, kesehatan, dan pengelolaan dana pensiun juga cukup prospektif.
"Diharapkan pengelola IFG Life betul-betul profesional dan mengedepankan prinsip good governance dalam pengelolaan bisnis sehingga keberlangsungan IFG Life k depan akan lebih terjaga. Entitas bisnis ini diharapkan bukan saja akan mampu membereskan pengembalian eks-polis Jiwasraya, namun juga bertumbuh sebagai perusahaan asuransi jiwa yang kuat ke depannya," kata Toto dihubungi Bisnis secara terpisah.
Di sisi lain, IFG Life dengan branding baru sebagai perusahaan asuransi jiwa yang mengedepankan aspek kehati-hatian, kata Toto, dapat mengambil inisiatif edukasi publik soal berasuransi.
"IFG Life bisa mengedepankan pengalaman yang sudah terjadi di Jiwasraya sebagai bahan edukasi supaya masyarakat lebih berhati-hati dalam pengembalian keputusan terkait pemilihan produk dan jenis asuransi jiwa," katanya.