Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dirut Bank DBS Indonesia: 2022 Momentum Pemulihan Ekonomi

Kondisi perekonomian Indonesia pada kuartal IV/2021 mencatatkan sejumlah kemajuan yang memicu optimisme terhadap pemulihan ekonomi pada 2022.
Nasabah tengah antre ATM DBS Bank. /Bloomberg.com
Nasabah tengah antre ATM DBS Bank. /Bloomberg.com

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna mengatakan geliat pemulihan ekonomi nasional semakin terasa, meski pandmi Covid-19 belum usai.

Kondisi perekonomian Indonesia pada kuartal IV/2021 mencatatkan sejumlah kemajuan yang memicu optimisme terhadap pemulihan ekonomi pada 2022. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5 persen pada kuartal IV/2021.

Adapun pertumbuhan produk domestik bruto pada 2021 mencapai rata rata 3,7 persen. Paulus meyakini laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2021 ditopang oleh seluruh komponen perekonomian.

“Konsumsi dan perdagangan menjadi dua faktor penting dalam mendorong pertumbuhan tersebut. Indikator peningkatan konsumsi juga terdapat pada sektor retail, pertumbuhan kredit, bahan baku, dan impor,” kata Paulus dalam acara DBS Asian Insights Conference 2022 bertajuk Economy & Environment: Towards a Revolutionary Future, Senin (21/3/2022).

Dengan demikian, pemulihan ekonomi secara riil telah berjalan dengan aktivitas domestik dan berangsur-angsur mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Paulus mengatakan tahun ini merupakan momentum pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, mitigasi pandemi masih diperlukan untuk menjaga prospek pemulihan ekonomi.

Namun, Paulus menambahkan bahwa adanya situasi geopolitik yang memanas karena konflik Ukraina dan Rusia berdampak pada kenaikan harga komoditas akan menjadi tantangan baru.

Paulus menilai dalam jangka pendek, Indonesia akan diuntungkan dengan harga komoditas. Akan tetapi, untuk jangka menengah dan panjang, apabila konflik ini memburuk akan memunculkan ancaman resesi global dan inflasi.

Adapun, Paulus memperkirakan inflasi akan mengalami kenaikan sebesar 3 persen. Hal ini dipengaruhi oleh 3 hal.

Pertama, penyesuaian harga. Kedua, intervensi pemerintah untuk menekan harga komoditas. Ketiga, kondisi eksternal seperti situasi konflik Rusia-Ukraina yang mengakibatkan The Fed memperketat kebijakannya tahun ini.

Dengan demikian, Paulus menyatakan kondisi ini akan turut mempengaruhi pasar regional dan domestik.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat juga dapat mempengaruhi inflasi di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Artinya, sejumlah faktor ini akan berpengaruh pada kenaikan harga migas di Tanah Air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper