Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pemerintah menjadikan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) sebagai perusahaan BUMN telah direncanakan sejak 2018 dan masuk dalam agenda Master Plan Ekonomi Syariah 2019-2024.
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan pemerintah dalam hal ini KNEKS dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyusun peta jalan ekonomi syariah Tanah Air.
Di dalamnya tertuang peta jalan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah di dunia, melalui beberapa strategi utama. Di antaranya berupa penguatan rantai pasok halal, penguatan lembaga keuangan, hingga mengoptimalkan UMKM dan ekonomi digital. Terkait keuangan, satu program utama pemerintah adalah memiliki bank BUMN syariah.
“Jadi tahapan ketika sampai merger [Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, dan BRI syariah] itu sebenarnya sudah sangat baik, tapi belum memenuhi 100 persen dalam masterplan,” kata Emir, Rabu (6/4/2022).
Emir menambahkan salah satu cita-cita dalam Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019–2024 bukan hanya memiliki bank BUMN syariah, juga perusahaan tersebut harus memiliki skala bisnis yang besar.
Menurutnya saat ini BSI telah berhasil mengamplifikasi dengan masuk sebagai 10 besar bank di Indonesia. “Sebelumya tidak ada bank syariah masuk top 10 bank di Indonesia,” katanya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin mengatakan pemerintah akan melakukan penyertaan modal negara melalui saham seri A Dwiwarna ke BSI.
Dia meminta agar proses penyertaan saham Dwiwarna dilaksanakan sesuai ketentuan perundang- undangan yang berlaku dengan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Adapun sepanjang 2021, aset, dana pihak ketiga (DPK) dan laba BSI tumbuh dua digit. Hal tersebut berlanjut hingga awal tahun ini.
Mengutip laporan keuangan bulanan BSI, per Februari 2022, aset bank dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 14 persen secara tahunan (yoy). Capaian ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan sepanjang tahun lalu, di mana aset dan DPK, masing-masing naik 10,73 persen yoy dan 11,12 persen yoy.
Sementara itu laba bank per Februari 2022 melesat signifikan. Bank mengantongi laba bersih setelah pajak Rp625,14 miliar atau naik 30,36 persen yoy. Hal ini utamanya didorong oleh pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang tumbuh 5,6 persen yoy menjadi Rp2,45 triliun.
Adapun dalam rencana bisnis bank 2022, BSI menargetkan pembiayaan tumbuh 11–13 persen dan DPK naik 12–15 persen secara tahunan. Terkait laba, bank menaruh target pertumbuhan optimistis, yakni melesat 32,01 persen yoy dan pertumbuhan paling sedikit 15,51 persen yoy.