Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan baru akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada semester kedua tahun ini.
The Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS) baru saja mengumumkan kenaikan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin, untuk menekan lonjakan inflasi di negara itu.
Jika perkembangan ekonomi dan keuangan sesuai dengan ekspektasi ke depan, maka ada kemungkinan kenaikan tambahan 50 basis poin akan dibahas pada pertemuan the Fed berikutnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan bahwa sikap the Fed yang lebih hawkish di tengah meningkatnya tekanan inflasi tersebut sesuai dengan perkiraan.
Meski demikian, dia memperkirakan suku bunga acuan BI baru akan dinaikkan pada semester II/2022.
“Kami tetap melihat Bl tidak akan terburu-buru menaikkan BI7DRR,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Jumat (6/5/2022).
Baca Juga
Dia mengatakan, harga komoditas global yang melonjak akibat perang Rusia-Ukraina telah mendorong kinerja ekspor Indonesia dan memperpanjang rangkaian surplus perdagangan yang besar.
Hal ini dapat mendukung kondisi neraca transaksi berjalan, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sampai tingkat tertentu.
Oleh karena itu, kondisi tersebut kata Faisal dapat memberikan ruang yang cukup bagi suku bunga acuan BI untuk bertahan di level 3,50 persen untuk beberapa waktu.
“Kami percaya bahwa BI akan menjaga stabilitas dengan terlebih dahulu meningkatkan rasio GWM [Giro Wajib Minimum] dan mengurangi pelonggaran kuantitatif, sebelum menyesuaikan BI7DRR,” katanya.
Dia menambahkan, peningkatan suku bunga acuan akan sangat bergantung pada kondisi inflasi domestik yang diperkirakan akan meningkat secara fundamental dan substansial pada semester II/2022.
BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan secara total 75 basis poin menjadi 4,25 persen pada 2022.
“Sementara itu, kami melihat Bl akan melanjutkan langkah-langkah makroprudensial agar tetap akomodatif pada tahun 2022 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Faisal.