Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CIMB Niaga (BNGA) Incar Kredit Korporasi Tumbuh 9 Persen

Bank CIMB Niaga (BNGA) mengincar pertumbuhan kredit korporasi 9 persen pada tahun ini.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan/Istimewa
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) mencatat kredit korporasi perseroan tumbuh sebesar 10 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Per Mei 2022, kredit korporasi BNGA mencapai Rp67 triliun.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan terus membangun pipeline dengan mengandalkan relasi dengan nasabah korporasi existing maupun yang baru. Perusahaan juga menjangkau trade services untuk menunjang kegiatan ekspor. 

"Target [kredit korporasi] kami tumbuh 7-9 persen [di tahun ini]," kata Lani kepada Bisnis, Senin (20/6/2022).

Kondisi ini selaras dengan survei permintaan dan penawaran pembiayaan perbankan yang dirilis BI pada Jumat (17/6/2022). Dalam survei tersebut, bank sentral menyampaikan permintaan pembiayaan baru korporasi pada Mei 2022 terindikasi tumbuh positif yang tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 12,1 persen.

Meski tumbuh positif, pembiayaan korporasi pada Mei 2022 cenderung melambat jika dibandingkan pada posisi April 2022 yang tercatat 29,0 persen.

Di sisi lain, menurut Lani, suku bunga acuan akan bergantung dari biaya dana (cost of funds/CoF) yang biasanya juga berhubungan dengan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

"Kami terus berusaha menekan biaya dana lewat penggalangan dana murah CASA yang saat ini tetap tumbuh double digits," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 3,50 persen. Meski demikian pada pekan ini BI akan kembali bersidang untuk bersikap atas perkembangan ekonomi.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan keputusan tersebut sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar. Selain itu juga tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tingginya tekanan eksternal terkait dengan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina serta percepatan normalisasi kebijakan moneter di berbagai negara maju dan berkembang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper