Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Multifinance Kejar Setoran, Semester II/2022 Penuh Tantangan

Pelaku usaha multi finance kejar setoran pada semester II/2022. Ini alasannya!
Ilustrasi Multifinance/Istimewa
Ilustrasi Multifinance/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri multifinance atau leasing masih optimistis pulihnya kondisi perekonomian nasional mampu mengimbangi berbagai tantangan yang naga-naganya membawa perlambatan kinerja pembiayaan di semester II/2022.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno melihat pelaku industri pembiayaan terbilang aman karena telah mendapat cukup waktu untuk mempersiapkan diri. Namun, dia menilai kondisi krisis bisa menjadi momok apabila mulai mengganggu kondisi ekonomi para debitur eksisting.

"Walaupun krisis global belum terasa di Indonesia, perusahaan pembiayaan harus tetap mengantisipasi daya beli masyarakat yang turun. Harapannya, ke depan itu jangan sampai ada kondisi yang memaksa banyak debitur kembali sulit, apalagi sampai butuh restrukturisasi lagi," ujarnya kepada Bisnis, dikutip Rabu (13/7/2022).

Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2022, piutang pembiayaan neto masih dalam tren pertumbuhan 4 persen (year-to-date/ytd) menjadi Rp379,11 triliun, kendati turun tipis dari bulan sebelumnya karena terdampak banyaknya hari libur.

Apabila dibagi berdasarkan jenis kegiatan usaha, outstanding pembiayaan multiguna tercatat Rp204,5 triliun. Sementara itu, pembiayaan investasi sebesar Rp126,9 triliun, pembiayaan modal kerja Rp31,02 triliun, dan pembiayaan syariah Rp16,23 triliun dalam tren terus bertumbuh.

Emiten PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) menjadi salah satu perusahaan pembiayaan yang juga optimistis lini bisnis andalannya masih bisa bertumbuh pada paruh akhir 2022.

Direktur Keuangan sekaligus Sekretaris Perusahaan BFI Finance Sudjono menilai impak pemulihan ekonomi para debitur selepas pandemi Covid-19 masih lebih dominan. Pemain tinggal mengoptimalkan kapasitas, layanan, dan menjaga bunga, agar para debitur tak lari ke kompetitor lain.

"Mudah-mudahan Indonesia tidak terjadi krisis pangan dan energi seperti di AS dan beberapa negara lain. BFI Finance masih melihat permintaan pembiayaan di semua lini bertumbuh di semester I/2022 lalu. Ke depan saya lihat masih banyak sentimen positif, tapi harus tetap berhati-hati," ujarnya ketika ditemui Bisnis, Selasa (12/7/2022).

Sebagai gambaran, BFIN utamanya melayani pembiayaan multiguna beragun kendaraan atau properti untuk individu maupun pelaku usaha. Pembiayaan lain yang mengambil porsi kecil, yaitu pembiayaan kendaraan dari dealer, alat berat, dan mesin-mesin produksi.

Setelah pada kuartal I/2022 lalu BFIN mencatatkan rekor pembiayaan baru kuartalan senilai Rp4,8 triliun, Sudjono memproyeksi kinerja kuartal-kuartal berikutnya juga masih dalam jalur pertumbuhan dibandingkan tahun lalu, terutama terdorong kebutuhan pelaku usaha yang baru mulai berani mengambil pembiayaan baru untuk ekspansi bisnis.

Sudjono pun optimistis pihaknya masih mampu mencapai target tumbuh 10-15 persen (year-on-year/yoy) ketimbang realisasi pembiayaan sepanjang 2021, yaitu Rp13,67 triliun.

"Kami meyakini permintaan di semester II/2022 masih positif. Makanya, untuk mendukung, BFI Finance saat ini juga dalam proses meng-upgrade upaya-upaya digitalisasi, terutama berkaitan costumer intimacy. Misinya mempertahankan debitur berkualitas baik itu tidak pergi dari BFI Finance," tambahnya.

Serupa, emiten pembiayaan PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) juga melihat berbagai tantangan terhadap bisnis pembiayaan di semester II/2022 masih bisa diantisipasi.

Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo mengungkap antisipasi oleh pihaknya terutama untuk lini bisnis pembiayaan kendaraan, yang notabene masih mendominasi kinerja pembiayaan sepanjang tahun ini.

"Kami lihat suku bunga selama bergerak perlahan antara 0,25 persen sampai 1 persen itu masih oke, di atas itu baru akan jadi tantangan karena berpengaruh ke daya beli konsumen. Adapun, inflasi memang bisa menjadi faktor penghambat kinerja pembiayaan, tapi bukan faktor penghambat dominan untuk lini bisnis pembiayaan kendaraan," jelasnya kepada Bisnis.

Sebagai informasi, pembiayaan baru di semua lini bisnis CFIN menembus Rp3,27 triliun sepanjang semester I/2022 atau naik dua kali lipat ketimbang periode yang sama tahun lalu senilai Rp1,37 triliun.

Pembiayaan baru tahun ini terbagi untuk mobil bekas Rp1,38 triliun, mobil baru Rp1,72 triliun, dan pembiayaan terkait alat berat Rp151,63 miliar. Semua segmen tercatat mengalami peningkatan.

Harjanto pun optimistis berbagai tantangan pada semester II/2022 tak menghalangi CFIN mengejar target menyalurkan pembiayaan mencapai Rp6 triliun pada akhir tahun nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper