Bisnis.com, JAKARTA – Kursi singgasana Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) dengan susunan terbaru hingga 5 tahun ke depan sudah terisi. Kini, Mahendra Siregar ditemani dengan Mirza Adityaswara akan meneruskan periode kepemimpinan 2022 – 2027.
Pelantikan yang dilangsungkan di Gedung Mahkamah Agung, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat pada Rabu (20/7) itu telah melantik sebanyak 7 anggota DK OJK jilid ketiga.
Ketua DK Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menilai pelantikan DK OJK sudah sesuai dengan waktu dan berjalan baik. Dengan demikian, kata Purbaya, DK OJK terpilih dapat segera mulai bekerja.
Jika melihat kinerja perbankan per Mei 2022, penyaluran kredit perbankan tumbuh 9,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 4,23 persen secara year-to-date (ytd) dengan nilai mencapai Rp6.012,4 triliun.
Namun, Purbaya mengatakan meski kondisi sektor finansial Indonesia saat ini berada di posisi yang baik dan terus akan membaik, tetap saja perlu pengawasan yang serius dan berkelanjutan.
“Kepemimpinan OJK yang baru saya rasa akan dapat melanjutkan pengawasan terhadap sistem finansial kita dengan baik,” kata Purbaya kepada Bisnis, Rabu (20/7/2022).
Purbaya mengungkapkan bahwa selama ini, koordinasi LPS dengan OJK utamanya di sektor perbankan sudah berlangsung dengan baik. Dia berharap koordinasi yang telah terjalin itu dapat dipertahankan dan semakin ditingkatkan.
“Saya rasa tidak terlalu sulit. Kami sudah bertemu dengan pimpinan OJK terpilih [sebelum dilantik], dan komitmen LPS dan OJK untuk meningkatkan koordinasi amat kuat,” tambahnya.
TANTANGAN
Berbicara soal tantangan, Purbaya mengungkapkan ada tantangan jangka pendek yang harus diselesaikan OJK sebagai bagian dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yakni rencana pembuatan undang-undang di sektor keuangan yang diinisiasi oleh DPR.
Dalam hal ini, Purbaya mengatakan KSSK harus dapat berkoordinasi dengan baik untuk memberikan masukan atau respons yang optimal, sehingga undang-undang yang dihasilkan nantinya benar-benar bermanfaat secara optimal bagi sektor keuangan Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga sedang menghadapi gejolak perekonomian dunia, yang memerlukan respon kebijakan yang tepat agar Indonesia dapat memitigasi dampak negatif tanpa menyebabkan ekonomi Indonesia jatuh ke resesi.
“Tidak mudah, namun bila dilihat dari kondisi ekonomi kita, senjata fiskal dan moneter yang kita miliki, dan kekompakan anggota KSSK, rasanya tidak terlalu sulit bagi kita untuk merumuskan kebijakan yang terbaik bagi ekonomi kita. Ekonomi kita akan terus berekspansi dalam beberapa tahun ke depan,” tutupnya.